Masyarakat Indonesia sejauh ini masih banyak yang belum paham tentang perbedaan deposito dan reksadana. Kebanyakan masyarakat di Indonesia hanya memanfaatkan bank sebagai penyedia jasa simpan dan pinjam uang. Padahal, semua bank memiliki banyak sekali produk yang ditawarkan.

Tidak bisa dipungkiri memang masyarakat Indonesia cukup terbilang masih rendah literasi keuangan. OJK membagi literasi keuangan ini ke dalam empat bagian, yakni well literate, sufficient literate, less literate, dan not literate.

Dari data OJK, masyarakat yang masuk dalam bagian well literate ini hanya sebesar 21,84%. Mereka adalah orang-orang yang memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga jasa keuangan beserta produk jasa keuangan. Hal ini termasuk pemahaman terkait manfaat dan risiko keuangan, hak dan kewajiban terkait produk dan jasa keuangan, serta ketrampilan menggunakan jasa keuangan.

Kebanyakan masyarakat Indonesia sejauah ini ada di bagian sufficient literate, yakni sekitar 75,69% dari total masyarakat Indonesia. Mereka dianggap cukup berpengetahuan tentang lembaga keuangan dan produk yang ditawarkan. Hanya saja, mereka masih belum cukup memiliki ketrampilan menggunakan jasa keuangan.

Bagian berikut adalah masyarakat yang less literate sebanyak 2,06% dan not literate 0,41% dari total masyarakat. Kedua bagian ini memang dialami oleh sebagian besar penduduk Indonesia yang berada di pedalaman.

Meskipun masyarakat yang masuk bagian sufficient literate mencapai 75,69%, masih banyak di antara mereka yang belum paham sepenuhnya perbedaan dari deposito dan reksadana. Terlebih lagi, apa saja manfaat dan risiko jika orang membeli produk keuangan ini.

Deposito dan Upaya Menjaga Inflasi

Semua lembaga perbankkan memiliki produk deposito. Pada dasarnya, deposito mirip dengan tabungan biasa. Nasabah hanya cukup menyetorkan sejumlah uang ke deposito layaknya menabung biasa.

Hanya saja, perbedaan tabungan dengan deposito ada pada sistem penarikan. Untuk tabungan, nasabah bisa kapan saja mengambil atau menyetor uang ke bank. Tapi berbeda dengan deposito, nasabah harus paham aturan yang diberlakukan untuk deposito.

Deposito biasanya menyaratkan kepada nasabah untuk memasukkan sejumlah uang dengan durasi waktu yang sudah ditentukan. Nasabah harus memasukkan uangnya ke dalam deposito dengan jumlah yang sudah ditentukan. Ada yang jutaan bahkan hingga milyaran.

Selain itu, nasabah juga tidak bisa sewaktu-waktu menambah uangnya di deposito atau mengambil uang deposito saat membutuhkan. Jika nasabah ingin mengambil uangnya di luar waktu yang sudah ditentukan, biasanya nasabah akan dikenakan charge sekian persen. Bahkan, saat nasabah ingin menambah jumlah uang depositonya, mereka juga harus menunggu durasi waktu depositonya habis.

Pada dasarnya, deposito juga sama seperti menabung sehingga sering disebut menabung deposito. Hanya saja, prosedur yang diterapkan deposito lebih kompleks. Tetapi, banyak orang yang memilih deposito karena menjanjikan bunga yang pasti setiap tahunnya. Hal ini bertujuan untuk menjaga nilai uang tidak turun saat terjadi inflasi.

Oleh karena itu, deposito biasanya diperuntukkan untuk uang-uang yang nganggur. Uang yang tidak terpakai tersebut biasanya dimasukkan ke deposito agar tidak menurun nilainya. Hal ini karena adanya inflasi setiap tahunnya.

Belajar Mengenal Saham dari Reksadana

Jika deposito adalah produk jasa keuangan guna menyimpan uang seperti menabung, reksadana adalah produk yang berfungsi untuk memutarkan uang. Karena fungsinya, reksadana juga bisa dibilang sebagai sarana belajar saham.

Reksadana sendiri merupakan produk keuangan yang ditawarkan oleh hampir semua bank. Dikenal mirip dengan saham, reksadana memang menjadi produk investasi. Ada empat macam reksadana di dunia, yakni Reksa Dana Pasar Uang, Reksa Dana Saham, Reksa Dana Pendapatan Tetap dan Reksa Dana Campuran.

Poin penting memahami reksadana ini adalah keterlibatan manajer investasi. Dalam reksadana, manajer investasi adalah perwakilan dari pihak bank untuk mengelola uang nasabah yang membeli produk reksadana.

Secara sederhana, jika kita tidak memiliki cukup uang untuk membeli saham langsung maka reksadana akan membantu kita untuk membeli saham tersebut dengan cara kolektif. Manajer investasi mengelola uang-uang dari para nasabah yang memiliki dana terbatas untuk membeli saham.

Para nasabah ini nantinya akan diminta memilih untuk memilih jenis reksadana apa. Lalu, manajer investasi yang menentukan selanjutnya untuk memutarkan uang nasabah itu sesuai dengan jenis reksadana yang dipilih nasabah.

Perbedaan Deposito dan Reksadana untuk Pemula

Tim imaos.id ingin menyederhanakan pemahaman konsep deposito dan reksadana ini untuk kalian keluarga muda sebelum memutuskan untuk memilih yang mana. Terlebih lagi saat kita mengingat total biaya pendidikan anak yang mahal, pemilihan produk keuangan ini akan menjadi salah satu cara untuk menyiasati hal tersebut.

Hal pertama yang dilakukan adalah kalian harus paham terlebih dahulu keuangan keluarga. Jika sudah terpetakan, pastikan kalian punya tujuan untuk menyimpan uang kalian. Apakah uang itu ingin disimpan dalam kurun waktu tertentu atau hanya ingin disimpan saja karena sedang tidak dibutuhkan.

Jika tujuan kalian menyimpan uang untuk tabungan pendidikan anak, maka kalian sudah punya target waktu yang jelas. Dalam hal ini kalian sudah bisa memetakan kapan kira-kira butuh uang tersebut untuk pendidikan anak. Dengan kata lain, kalian bisa memilih deposito untuk menyimpan uang kalian.

Tapi jika kalian hanya ada uang yang nganggur tetapi tidak tahu kapan akan membutuhkannya, maka kalian bisa memilih reksadana sebagai investasi. Hal ini karena reksadana bersifat likuid sehingga kalian bisa kapan saja mencairkan uang dari reksadana tanpa harus kena charge.

Atau, kalian bisa juga menggunakan reksadana ini untuk investasi jangka panjang. Misalkan kalian ingin dana pensiun, kalian bisa mengatakan pada manajer investasi reksadana untuk membeli saham blue chip yang memiliki trend harga saham selalu naik dalam setiap tahunnya.

Dengan kata lain, jika kalian sudah paham perbedaan deposito dan reksadana ini akan membuat kalian lebih terliterasi dalam hal keuangan. Jika kalian sudah terliterasi, maka kalian tahu manfaat dan risiko keuangan keluarga kalian sehingga lebih bijak dalam mengalokasikan kebutuhan.