Penulis: Vindiasari Yunizha Editor  : Bernadeta Diana

Kepemilikan terhadap papan atau hunian pada dasarnya dapat pula dipandang sebagai salah satu bentuk investasi yakni properti. Sayangnya, dana untuk membeli rumah atau properti tentu tak sedikit sehingga menjadi tantangan tersendiri bagi generasi milenial. Hal ini terlihat dari hasil survei One Poll yang mengumpulkan 500 milenial dan 500 baby boomer. Hasil survei mengungkapkan bahwa 42% milenial mengaku tidak cukup biaya untuk membeli, padahal mereka ingin memiliki hunian sendiri.

Hasil survei tersebut tentu tidak menutup kemungkinan apabila milenial tertarik untuk berinvestasi dalam bentuk properti. Pasalnya, investasi dalam bentuk apapun tentu menjanjikan keuntungan di masa mendatang. Milenial hanya perlu berupaya mencari informasi agar dapat mengenal investasi properti berikut risikonya.

Miskonsepsi Investasi Properti.

Investasi properti merupakan salah satu bidang investasi yang tergolong jangka panjang. Beberapa investasi properti bisa berupa menyewakan hunian, properti kantor, ruko atau toko kelontong. Beberapa peluang tersebut bisa mendatangkan passive income bagi orang yang memiliki properti. Pasalnya, mereka tak perlu bersusah payah bekerja. Uang tiap bulan atau tahunan pun mengalir dari uang sewa atau investasi properti.

Banyak orang beranggapan bahwa harga properti setiap tahun akan meningkat. Oleh sebab itu, mereka merasa terburu-buru untuk membeli properti. Padahal jika ditilik ulang, mereka sepenuhnya belum butuh. Anggapan tersebut kurang tepat jika dikaji lebih detail.

Harga yang cenderung mengalami peningkatan bukan properti atau bangunan, melainkan harga tanah. Pertumbuhan penduduk yang meningkat, tidak sebanding dengan jumlah tanah atau lahan yang tersedia. Maka tanah menjadi terbatas dan harga pun bisa melonjak. Di samping itu, harga properti sendiri bisa menurun diiringi dengan masa bangunan dan perawatannya yang tidak prima.

Setelah memiliki properti, pemilik masih harus merogoh kocek yang dalam untuk biaya perawatan. Beberapa biaya yang dikeluarkan seperti merawat bangunan, biaya listrik, air, uang iuran keamanan, hingga pajak.

Pajak ialah kewajiban yang wajib dibayarkan oleh pemilik rumah, baik dengan kredit ataupun tunai (cash). Pajak tersebut disebut dengan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). Rincian dari besar pajak dihitung dengan rumus sebagai berikut:

5 % x (harga transaksi – Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak/NJOPTKP). Nilai NJOPTKP ditentukan berdasarkan peraturan pemerintah setempat. Selain itu, jika pemilik menempuh jalur investasi melalui kredit bank, biaya seperti biaya provisi bank, biaya asuransi jiwa dan asuransi kebakaran, biaya notaris menjadi cakupan yang harus diperhatikan.

Risiko dan Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan Sebelum Investasi Properti.

Sebelum memutuskan untuk berinvestasi properti, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait risiko dan keuntungannya. Bicara soal investasi properti, dana yang cenderung besar menjadi modal. Banyak orang yang belum memiliki modal pada akhirnya mencari bantuan lewat bank dengan kredit atau cicilan.

Investasi properti sendiri tak selalu berakhir untung. Adapun risiko dari investasi properti seperti harga atau nilai bangunan menurun hingga rawan penipuan. Tak ingin mengalami kerugian, ada baiknya mengetahui beberapa hal sebelum memutuskan untuk berinvestasi properti.

Pertama, pilih lokasi strategis sebelum membeli properti. Nilai properti akan masuk dalam kategori baik atau buruk bisa dilihat dari lokasinya. Sebagian orang menilai lokasi strategis mampu memberikan keuntungan bagi investor. Adapun lokasi yang strategis meliputi, dekat dengan fasilitas umum, akses mudah, dibangun di lokasi yang aman dan tidak rawan bencana. Harga properti akan semakin tinggi jika beberapa poin tersebut dimiliki.

Setelah lokasi, kedua, jangan lupa untuk menilik reputasi pengembang. Kegagalan investasi properti bisa dimunculkan dari kegagalan pengembang. Mengetahui rekam jejak dan kredibilitas dari pengembang menjadi poin yang harus dilakukan para investor sebelum memutuskan untuk membeli properti. Banyak kasus yang menunjukkan pihak pengembang menyelewengkan dana hingga bangunan yang tak segera rampung.

Selain memerhatikan pengembang dan lokasi, memilih waktu pembelian properti tak boleh disepelekan. Waktu yang tepat untuk membeli properti adalah ketika harga sedang rendah. Dengan begitu, jika ingin menjualnya kembali bisa menghasilkan untung.

Sumber

https://koinworks.com/blog/jenis-investasi-properti-menguntungkan/ https://www.moneysmart.id/cara-murah-investasi-properti/ https://www.cermati.com/artikel/perhatikan-5-hal-ini-sebelum-investasi-properti https://www.cermati.com/artikel/tips-mudah-untuk-berinvestasi-properti-bagi-pemula https://www.cnbcindonesia.com/investment/20190213170522-23-55364/investasi-properti-ini-bisa-jadi-alternatif-pas-bagi-pemula

https://wolipop.detik.com/worklife/d-4439024/riset-banyak-milenial-tak-percaya-mereka-bisa-puny a-rumah-sendiri

https://finance.detik.com/properti/d-3778702/generasi-milenial-lebih-suka-traveling-daripada-beli-r umah