Penulis: Vindiasari
Editor: Bernadeta Diana
Hadirnya bulan puasa bukan hanya mengubah kebiasaan dalam beribadah, tapi juga kebiasaan dalam mengatur keuangan. Kita sering menemui keluhan seperti jebolnya uang bulanan karena perubahan kebiasaan di bulan puasa. Padahal, saat bulan puasa waktu untuk makan dan minum terbatas. Jadi, apa sajakah yang sebetulnya membuat kita cenderung boros?
Berbelanja Saat Perut Kosong
Sewaktu berpuasa, berbelanja bisa jadi salah satu kegiatan yang dilakukan saat menunggu waktu berbuka. Sayangnya, sebuah penelitian dari University of Minnesota’s Carlson School of Management menyebutkan bahwa orang dengan kondisi perut kosong akan lebih mudah membelanjakan uangnya. Penelitian tersebut mengungkap bahwa rasa lapar bisa mengaktifkan konsep akuisi. Artinya saat belanja dalam keadaan perut kosong alias lapar, orang akan mudah membeli sesuatu barang yang cenderung tidak dibutuhkan.
Rasa lapar yang dialami saat berbelanja membuat orang akan boros berbelanja. Kelaparan menciptakan pola pikir serakah yang mempengaruhi orang untuk memiliki barang lebih banyak. Penelitian tersebut telah dipublikasikan dalam jurnal PNAS. Peneliti mengumpulkan responden untuk tidak makan dalam waktu empat jam. Selanjutnya menyuruh mereka membeli barang. Hasil penelitian menyebutkan bahwa sekitar 70 persen responden membeli barang lebih banyak. Selain itu, sebesar 64 persen responden menghabiskan uang lebih banyak.
Kecenderungan tersebut turut didukung dengan beragam promo atau penawaran menarik terhadap sebuah produk. Sudah jadi hal umum, sistem cashback, free ongkir, diskon, hingga potongan harga begitu menggiurkan. Terlebih label ‘promo Ramadan’ yang membuat kita berpikir bahwa penawaran tersebut tidak akan didapatkan pada waktu mendatang. Belum lagi hadirnya penjaja takjil dadakan yang kerap membuka gerai secara berjajar di tepi jalan yang kita lewati.
Momentum Buka Bersama
Pada bulan Ramadan, momentum buka bersama tentu bukan hal yang asing bagi kita yang berpuasa. Mulai dari teman sekolah dasar hingga rekan kerja, agenda tersebut dapat sekaligus menjadi ajang silaturahmi. Jika sudah begini, seluruh ajakan untuk berbuka bersamadi luar rumah seakan wajib untuk selalu diikuti mengingat usai bekerja kita semakin jarang bertemu teman.
Untuk masalah buka bersama, sebenarnya bisa diakali agar tetap hemat. Pada bulan tersebut, orang berlomba untuk berbuat kebaikan. Tak sedikit organisasi hingga masjid yang memberikan paket takjil atau menu buka puasa secara gratis. Jika ingin lebih hemat lagi, memasak bersama di rumah jadi rekomendasi yang pas. Dengan belanja dan memasak sendiri, harga dan pengeluaran menjadi lebih bisa diatur. Silaturahmi pun tetap dapat terjalin tanpa khawatir pengeluaran membengkak.
Menghindari Pemborosan di Bulan Puasa
Selama berpuasa, menahan lapar dan dahaga menjadi tantangan tersendiri. Tantangan semakin bertambah ketika memutuskan untuk berbelanja saat sedang berpuasa. Jika tidak sadar dan menetapkan skala prioritas, bisa jadi pengeluaran membengkak.
Tergiur dengan promo atau potongan harga tidak ada salahnya untuk dimanfaatkan, namun perlu digaris bawahi apakah barang tersebut benar-benar diperlukan? Sebelum membeli sesuatu, ada baiknya bertanya pada diri sendiri seperti penelitian dari seorang ahli saraf dan asisten profesor pemasaran di Northwestern University, Morgan Cerf. Peneliti tersebut menjabarkan ada cara mudah agar seseorang berhemat. Cerf menyebut sebelum membeli barang, seseorang harus bertanya kepada dirinya sendiri. “Apakah saya harus membeli barang hari ini?” Cerf mengakui bahwa metode ini memerlukan waktu yang relatif untuk menjadi kebiasaan. Ia menambahkan, metode tersebut membuat orang merasa lelah karena dihadapkan pada pengambilan keputusan.
Lihat kembali skala prioritas dan fungsi dari barang. Sebelum mengeluarkan uang, ada baiknya membuat catatan pengeluaran di awal bulan. Dengan demikian, pengeluaran uang dalam sebulan bisa lebih teratur. Kita pun menjadi mudah mengetahui ambang batas uang harus dikeluarkan.
Selain itu, pastikan pula selama bulan puasa untuk tetap mengatur biaya tambahan seperti keperluan zakat fitrah, sedekah, hingga zakat maal. Menjelang Hari Raya Idul Fitri, hampir setiap orang mendapatkan Tunjangan Hari Raya (THR). Meski THR merupakan pemasukan di luar gaji pokok, pengalokasian tunjangan tersebut tetap perlu diperhatikan.
Sumber: