Toxic relationship dalam keluarga sebenarnya sama dengan kebanyakan hubungan yang tidak sehat. Hanya saja, jenis hubungan ini terjadi di dalam keluarga baik hubungan suami istri maupun hubungan dengan orang tua dan mertua. Namun, tidak banyak yang menyadari bahwa toxic relationship ini betul-betul eksis di lingkungan keluarga.
Banyak orang yang masih beranggapan bahwa hubungan toxic ini hanya terjadi di luar keluarga. Mereka masih beranggapan bahwa hubungan dalam keluarga tidak bisa dinilai sebagai toxic, melainkan proses untuk saling beradaptasi antaranggota keluarga. Terlebih lagi, pasangan suami istri yang sudah memiliki anak menganggap permasalahan ini sebagai sebuah proses.
Namun demikian, toxic relationship dalam keluarga ini memang benar-benar eksis. Ada beberapa hal yang tidak banyak disadari oleh pasangan suami istri tentang hubungan yang tidak sehat ini. Kecenderungan pasangan suami istri menganggap fenomena toxic ini sebagai upaya saling mempertahankan keharmonisan keluarga. Tapi, ada beberapa hal yang bisa diaggap sebagai hubungan toxic dalam keluarga.
Pencemooh
Suka mencemooh pasangan adalah salah satu ciri toxic relationship dalam keluarga. Bentuk cemooh dari pasang ini sangat beragam, dari yang implisit sampai eksplisit. Misal, seorang istri mengatakan kepada suaminya tentang keinginannya untuk bekerja dan memiliki karir. Tapi, suami tidak percaya bahkan merendahkan karena istri hanya lulusan SMA.
Contoh seperti ini merupakan bentuk toxic relationship yang sering muncul dalam keluarga. Memang, bentuk cemooh tidak secara eksplisi dilayangkan kepada pasangan. Tapi, bentuk tidak percaya atas kemampuan pasangan karena melihat status pendidikan merupakan salah satu tindakan mencemooh secara implisit.
Fenomena ini sering sekali muncul sebagai persoalan hubungan dalam keluarga. Namun, tidak banyak orang yang menyadari bahwa perilaku seperti itu adalah bentuk dari sikap toxic relationship dalam keluarga. Sebagai seorang pasangan suami istri, saling mendukung adalah kunci dalam keharmonisan dan menunjukkan sisi positif dan suportif terhadap pasangan.
Pengendali
Tipe toxic relationship jenis ini cenderung melekat di dalam diri seorang pria dalam keluarga, khususnya suami. Struktur sosial yang melegetimasikan suami sebagai kepala rumah tangga terkadang membawanya kepada sikap otoriter. Hal ini bisa berdampak kurang baik dalam hubungan keluarga apabila tidak dikelola dengan seksama.
Tipe pengendali cenderung ingin mengontrol semua hal yang ada dalam rumah tangga. Suami sebagai kepala rumah tangga terkadang kebablasan dalam menyikapi status ini. Alih-alih punya tujuan untuk menjaga stabilitas keluarga tetapi terkadang justru membawa keluarga ke dalam jurang kepedihan. Meskipun banyak yang menyadari hal ini, tetapi tidak sedikit orang merasa hal seperti ini bisa dimaklumi.
Contoh hubungan toxic dalam keluarga dengan tipe ini memanfaatkan hirarki dalam rumah tangga. Pada dasarnya, tipe pengendali ini tergantung pada power yang dimiliki anggota keluarga, bisa dari status dalam rumah tangga atau status ekonomi. Terkadang, seorang istri yang memiliki pendapatan lebih tinggi daripada suaminya bisa jadi orang yang ingin mengendalikan semua anggota keluarga sesuai dengan keinginannya.
Pembohong
Pembohong adalah salah satu kebiasaan buruk dari manusia. Sifat ini juga membawa toxic relantionship dalam hubungan keluarga. Bahkan, tidak punya hubungan dalam keluarga pun orang yang berbohong itu tidak disukai. Terlebih lagi pembohong ini ada dalam lingkaran keluarga, pasti hal itu membawa hubungan keluarga tidak sehat.
Toxic relationship karena kebohongan ini memiliki banyak hal, dari yang sederhana sampai yang krusial. Kebohongan sederhana yang terjadi di rumah tangga seperti menyalahkan benda yang membuat anak terjatuh. Terlihat sepele tetapi tetap saja itu adalah kebohongan karena anak terjatuh akibat tidak hati-hati. Bukan karena benda yang ada di sekitarnya.
Toxic relationship dalam keluarga karena tipe pembohong ini bisa berdampak fatal. Bentuk kebohongan yang fatal dan mengakibatkan rusaknya rumah tangga seperti menjalin hubungan dengan orang yang tidak disukai pasangan. Atau, melakukan hal-hal yang mengarah kepada perselingkuhan.
Drama
Toxic relationship dalam hubungan keluarga salah satu tipe lainnya adalah drama. Drama dalam konteks ini bukan pasangan yang hobi menghabiskan waktu dengan nonton film drama. Tapi, drama dalam konteks ini adalah sifat yang membawa sebuah hubungan menjadi tidak realistis atau tidak nyaman di keluarga.
Sifat drama yang dibawa oleh toxic ini membawa pasangan untuk memberikan empati dan simpati. Tapi, saat diberikan nasihat atau saran malah ditolak bahkan bisa marah. Hal ini tidak banyak terjadi di banyak keluarga tetapi ada beberapa pasangan di keluarga demikian. Memainkan drama dalam hubungan rumah tangga dengan pasangan.
Contoh drama dalam hubungan keluarga misalkan pasangan sedang sibuk bekerja di kantor harus pulang ke rumah karena diminta. Saat sampai di rumah ternyata tidak ada hal penting untuk dikerjakan hingga pekerjaan di kantor terbengkalai. Sifat drama seperti ini bisa terjadi jika pasangan terbiasa dimanjakan sebelumnya.
Toxic relationship dalam keluarga memang menjadi sesuatu hal yang perlu diperhatikan seksama. Alih-alih ingin mempertahankan hubungan, banyak keluarga yang justru terbawa arus ke dalam toxic relationship antarpasangan. Dengan kata lain, komunikasi yang baik akan membantu pasangan suami istri membangun keluarga yang lebih sehat.