Seperti apa beban sosok istri dalam sandwich generation? Benarkah istri memiliki beban yang lebih besar daripada suami? Apakah kesetaraan peran gender sudah berjalan di keluarga modern yang banyak diterapkan saat ini?
Mungkin sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaan tadi, masih ada beberapa dari pembaca yang garuk-garuk kepala karena tidak tahu apa itu sandwich generation. Sandwich generation, atau generasi sandwich, bukanlah generasi yang senang makan roti isi.
Bagi sebagian besar orang, menyeimbangkan antara pekerjaan dan keluarga merupakan tugas yang tidak mudah. Bagi mereka yang memiliki pekerjaan full-time dan memiliki anak, hidup bisa terasa agak padat. Mulai dari menentukan jadwal kegiatan anak, merencanakan aktivitas keluarga, hingga menyediakan waktu untuk memanjakan diri sendiri. Bagi sebagian lainnya, hidup terasa semakin padat dengan hadirnya kewajiban untuk merawat orang tua yang makin berumur. Gabungkan keduanya, dan itulah sandwich generation. Layaknya sandwich, mereka berada di antara tuntutan merawat anak dan tuntutan merawat orang tua.
Lantas mengapa fenomena sandwich generation bisa muncul?
Fenomena sandwich generation terus menerus mengalami peningkatan jumlah. Mengapa demikian? Preston (1984) mengemukakan 3 alasan yang menyebabkan munculnya sandwich generation.
- Menuanya generasi generation X (lahir pada tahun 1965-1980). Fenomena satu ini dapat diartikan sebagai bertambahnya proporsi manula dalam populasi masyarakat. Mengacu pada proyeksi populasi, dalam 5-10 tahun, 20% penduduk akan akan berusia 65 tahun ke atas.
- Angka reproduksi yang rendah. Artinya, semakin sedikit anak yang tumbuh dewasa dan mampu merawat orang tuanya. Sedangkan jumlah orang tua yang semakin menua tidak berkurang.
- Pembentukan keluarga yang tertunda. Pernikahan dan kelahiran anak yang ditunda dapat berimbas pada kondisi orang tua yang semakin tua dan lemah, sedangkan anak masih belum mampu menyokong dirinya sendiri.
Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat lebih banyak pasangan suami istri (pasutri) yang masih memiliki orang tua dibandingkan memiliki anak. Lantas, seperti apakah kehidupan pasutri sandwich generation? Seperti apakah pembagian beban rumah tangga yang diterapkan antara suami dan istri?
Tanggung jawab pasangan suami istri dalam menyeimbangkan beban rumah tangga
Dewasa ini, adanya 3 generasi dalam satu atap—dengan beban mengasuh anak dan merawat orang tua yang diemban oleh perempuan atau istri dalam rumah tersebut—merupakan hal yang lumrah ditemukan dalam sandwich generation.
Namun terdapat sebuah perbedaan yang signifikan antara masa lalu dengan masa sekarang. Saat ini, perempuan yang berada pada usia menikah dan usia bekerja, sebagian merupakan wanita karier yang aktif bekerja dan bukanlah pengurus rumah tangga yang utama.
Kendati demikian, hasil riset menunjukkan bahwa perempuan lebih banyak menghabiskan waktu mengurus anak dan urusan rumah lainnya. Sedangkan pria lebih banyak menghabiskan waktu mencari nafkah dengan bekerja. Data ini dianggap masih relevan hingga sekarang.
Bagi kebanyakan orang, mengurus keduanya—anak dan orang tua—sekaligus dapat memicu stres, apalagi bagi mereka yang memiliki anak yang masih kecil dan lebih dari satu anak. Mengapa bisa memicu stres? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, mari kita lihat aktivitas macam apa yang biasa dilakukan terkait merawat manula.
Cara Williams (2004) membagi kegiatan merawat manula dalam rumah tangga menjadi 4 jenis, yakni:
- Perawatan dalam rumah. Contohnya: menyiapkan makanan, membersihkan rumah, dll.
- Perawatan di luar rumah. Contohnya: membersihkan pekarangan, memperbaiki rumah, dll.
- Transportasi. Contohnya: mengantar orang tua ke dokter, berbelanja, dll.
- Kebutuhan pribadi. Contohnya: memandikan, memakaikan baju, dll.
Beban istri yang lebih besar dalam pasangan sandwich generation
Meskipun kedua belah pihak dalam hubungan suami-istri mungkin menghabiskan sejumlah waktu yang sama dalam mengurus orang tua, namun bentuk aktivitasnya berbeda. Ada yang bertanggung jawab untuk memotong rumput di halaman rumah, dan ada juga yang bertanggung jawab untuk mengurus kehidupan sehari-hari, seperti memandikan, memakaikan baju, atau memberi makan.
Faktanya, meski suami dan istri sama-sama bekerja, pihak istri mengemban beban yang lebih besar dalam pasangan sandwich generation. Pihak istri terbukti mengemban tanggung jawab mengurus anak yang lebih besar dibandingkan suami. Hal yang sama juga terjadi perihal mengurus orang tua. Pekerjaan rumah tangga seperti memasak, memandikan, dan memakaikan baju tetap menjadi tanggung jawab para istri.
Berdasarkan penelitian Williams (2004), istri yang bekerja tetap menghabiskan waktu mengurus anak dan orang tua dengan jumlah waktu yang dua kali lipat lebih besar daripada suami. Mengacu pada kegiatan merawat manula yang dipaparkan di atas, ‘Perawatan di luar rumah’ dan ‘Transportasi’ lebih banyak dilakukan oleh para suami. Sedangkan ‘Perawatan dalam rumah’ dan ‘Kebutuhan pribadi’ lebih banyak dilakukan oleh para istri.
Lantas, mengapa dikatakan bahwa beban istri lebih besar dalam pasangan sandwich generation? Meski porsi aktivitasnya nyaris sama, namun para istri mengemban beban yang lebih besar dengan hadirnya anak. Belum lagi perihal menyediakan kebutuhan suami. Tanggung jawab ini tentunya dapat memicu stres yang mendalam dan rasa lelah yang tidak ada habisnya.
Lalu, seperti apa solusinya? Selain orang tua yang harus mempersiapkan masa pensiun agar tidak membebani sandwich generation, pasutri juga harus mengomunikasikan dengan jelas pembagian peran dalam rumah tangga serta dukungan terhadap satu sama lain yang tidak boleh terbengkalai.
Referensi
Antariksa, Y. (2017, Maret 13). Sandwich Generation dan Dilema Keluarga Muda Indonesia. Diambil kembali dari Strategi Manajemen
Preston, S. H. (1984). Children and the elderly in the U.S. Scientific American, 251(6), 44-49.
Williams, C. (2004). The sandwich generation. Statistics Canada, 75(1), 5-12.