Pola jam tidur dan bangun tidur kala puasa bisa berefek ke kesehatan yang akhirnya berpotensi meningkatkan infeksi penyakit seperti Corona. Pada dasarnya, umat muslim berpuasa dari terbitnya fajar hingga matahari terbenam. Artinya, umat muslim harus bangun sebelum mentari terbit untuk sahur, lalu berpuasa sehari penuh, kemudian buka puasa di kala matahari terbenam, dan dilanjutkan dengan ibadah hingga larut malam.

Harus diakui bahwa puasa tahun ini akan berbeda karena banyak masjid yang akan ditutup karena pandemi virus Corona ini. Sehingga kebanyakan aktivitas bulan Ramadhan kali ini akan dilaksanakan di rumah saja.

Pertanyaan besarnya adalah: apakah terganggunya jam tidur saat puasa akan membuat diri kita jadi lebih mudah terpapar risiko infeksi virus Corona karena sistem imun yang menurun?

Risiko dari kurang tidur

Tidur yang nyenyak merupakan elemen yang vital bagi kesehatan tubuh yang prima. Banyak peneliti yang merasa bahwa tidur sama pentingnya bagi kesehatan jika disandingkan dengan pemenuhan nutrisi maupun olahraga. Kurang tidur juga membuat hormon lapar meningkat. Jelas hal ini tidak akan mempermudah puasa.

Menurut Khan (2020), tidur yang berkualitas terbukti mampu mengurangi banyak risiko kesehatan, seperti beberapa hal ini:

  • Mengurangi risiko obesitas
  • Meningkatkan kemampuan konsentrasi
  • Meningkatkan kemampuan mengingat
  • Mengurangi risiko penyakit jantung dan stroke
  • Mengurangi risiko diabetes tipe-2
  • Mengurangi risiko depresi dan kecemasan
  • Menjaga kekuatan dan kesehatan sistem imun tubuh

Alasan biologis di balik pentingnya tidur saat puasa untuk melawan virus Corona

Agar sistem imun tubuh dapat bekerja secara efektif, ia harus mampu mengenali pendatang asing seperti virus atau bakteri yang masuk ke tubuh. Sistem imun memiliki bagian yang disebut Sel T atau limfosit T atau T-cells. Sel T ini mampu mengenali pendatang asing dalam tubuh dan meresponnya. Baru-baru ini, terdapat penelitian yang menyatakan bahwa tidur mampu meningkatkan efisiensi respons Sel T terhadap pendatang asing itu tadi. Dengan kata lain, tidur dapat meningkatkan fungsi imun tubuh, terutama saat bulan puasa guna melawan infeksi Corona (Khan, 2020).

Selain Sel T, terdapat juga sitokin, atau cytokines, yakni salah satu protein yang merupakan bagian dari respons sistem imun tubuh terhadap infeksi. Sitokin bertugas untuk memberitahu sel-sel yang belum terinfeksi agar bersiap-siap untuk melawan serangan pendatang asing. Selain itu, sitokin juga meningkatkan produksi enzim yang mampu membantu melawan infeksi.

Menurut beberapa penelitian, sitokin rupanya diproduksi saat seseorang sedang tidur. Jadi sekarang kita tahu mengapa nasihat orang tua dari zaman dulu selalu menyuruh untuk istirahat dan tidur di kala tubuh sedang tidak sehat. Karena dengan istirahat dan tidur, tubuh tak hanya menyimpan energi, tapi juga mempersiapkan senjata untuk melawan infeksi.

Mengapa puasa mempengaruhi jam tidur?

Di negara yang memiliki 4 musim, waktu berpuasa biasanya lebih panjang di musim panas ketimbang musim salju. Hal ini dapat mempengaruhi jam tidur kala puasa karena malam yang datang lebih lambat dan fajar yang datang lebih cepat (Bahammam, 2006). Selain itu, iklim juga bisa mempengaruhi pola tidur.

Pada musim panas, banyak orang yang memilih untuk tidur di siang hari karena cuaca yang panas, sehingga tidur malam pun terpengaruh. Tak hanya itu, faktor lokasi geografis juga mempengaruhi durasi puasa dan durasi tidur. Semakin jauh letak suatu negara dari garis khatulistiwa, maka siang harinya akan semakin lama di musim panas dan semakin pendek di musim dingin.

Di beberapa negara Islam, jam kerja di bulan puasa biasanya dipersingkat, khususnya bagi mereka yang berpuasa. Mereka yang biasanya mulai bekerja di jam 7 atau 8 pagi, di bulan puasa diperbolehkan untuk mulai bekerja jam 9 atau 10 pagi. Perubahan rutinitas sesederhana ini saja sudah bisa mengubah pola tidur.

Selain itu, ada beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi jam tidur saat bulan puasa, seperti:

  • Jam kerja di toko-toko, warung, mal, dan restoran yang buka lebih larut
  • Siaran program TV yang berlangsung hingga dini hari

Faktanya, banyak individu yang mengaku tidur larut malam karena terlalu menikmati waktu bersosialisasi bersama keluarga dan kerabat sambil menonton TV di bulan Ramadhan.

Mereka yang melakukan ibadah puasa biasanya makan 2-3 kali per harinya: buka puasa, makan malam setelah salat, dan sahur. Makan di malam hari dapat mempengaruhi ritme sirkadian tubuh. Suhu tubuh mengikuti ritme sirkadian, yang biasanya meningkat di siang hari dan menurun di malam hari. Secara umum, suhu tubuh yang menurun dapat menyebabkan kantuk, sedangkan suhu tubuh yang meningkat menyebabkan tubuh untuk bangun dan sadar.

Pentingnya tidur saat puasa demi melawan infeksi virus Corona

Banyak peneliti yang menyarankan bahwa tidur atau istirahat yang optimal harus dilakukan selama 8 jam. Namun mungkin akan sulit untuk menerapkan tidur 8 jam selama puasa Ramadhan ini. Tapi bukan berarti tidak mungkin.

Jika Anda kesulitan untuk tidur di malam hari saat bulan puasa, maka cobalah untuk menebus jam tidur Anda di siang hari.

Karena adanya lockdown dan penerapan work from home, mungkin sekarang para pekerja kantoran mampu untuk kembali tidur setelah sahur karena tidak ada kewajiban untuk berangkat kantor pagi-pagi.

Jika Anda merasa mengantuk di siang hari, guna mengoptimalkan tidur Anda, cobalah untuk tidur siang sebentar di ruangan yang senyap dan gelap (Khan, 2020).

Selain itu, kualitas tidur juga dipengaruhi oleh apa yang kita makan. Sistem ‘balas dendam’ kala buka puasa seringkali membuat orang-orang makan dengan porsi yang lebih dari semestinya. Selain itu, seringkali hidangan buka puasa dihiasi dengan hidangan tidak sehat yang penuh lemak, kolesterol, dan kadar gula yang tinggi. Contohnya seperti gorengan, hingga minuman semacam es sirup. Hidangan semacam ini mampu mengurangi kualitas tidur Anda di malam hari. Jadi sebisa mungkin cobalah untuk mengganti hidangan berbuka puasa Anda dengan hidangan yang lebih sehat.

Referensi

Bahammam, A. (2006, December). Does Ramadan fasting affect sleep? International Journal of Clinical Practice, 60(12), 1631-1637.

BaHammam, A., Alrajeh, M., Albabtain, M., Bahammam, S., & Sharif, M. (2010). Circadian pattern of sleep, energy expenditure, and body temperature of young healthy men during the intermittent fasting of Ramadan. Appetite, 426-429.

Khan, A. (2020, April 26). Doctor’s Note: Sleep, Ramadan and the coronavirus. Diambil kembali dari Al Jazeera