Kesehatan mental penting untuk diperhatikan, khusunya bagi para orang tua yang juga harus memastikan kesehatan anaknya. Kondisi penyakit kronis seperti kanker pada anak biasanya menyematkan beban mental dan fisik yang besar pada orang tua. Tanpa maksud mengesampingkan penderitaan anak pengidap kanker itu sendiri, artikel ini bertujuan untuk memaparkan risiko-risiko yang mungkin dialami oleh orang tua dari anak pengidap kanker. Risiko-risiko ini sering kali terjadi tanpa disadari.
Orang tua memang berkewajiban untuk merawat anak, berkomunikasi dengan pihak rumah sakit serta menjaga keutuhan keluarga. Namun di luar itu, masih banyak kegiatan dan rutinitas lain yang berpotensi membuat jadwal orang tua anak pengidap kanker menjadi sangat penuh dan sibuk.
Banyaknya tuntutan dalam mengasuh anak pengidap kanker membuat para orang tua kerap mengesampingkan kesehatannya sendiri. Karena sibuk merawat anak, mereka jadi lupa merawat diri sendiri. Menurut beberapa riset, orang tua yang merawat anak pengidap kanker cenderung kurang istirahat, kurang asupan gizi, serta kurang olahraga dan bentuk rekreasi lainnya.
Menurut penelitian Klassen dan rekan-rekannya (2008), intensitas dan frekuensi pengobatan/perawatan anak berpengaruh terhadap waktu luang orang tua yang bisa digunakan untuk menjaga kesehatan tubuh mereka sendiri. Dalam penelitiannya, banyak orang tua dari anak pengidap kanker yang tengah menjalani proses perawatan/pengobatan menjadi kurang peduli akan kesehatannya sendiri. Contohnya seperti makan sembarangan, tidak lagi olahraga, serta jarang tidur.
Penelitian tersebut menjabarkan beberapa faktor yang mempengaruhi kesehatan orang tua, baik itu mental maupun fisik.
Faktor penentu kesehatan mental orang tua
Kesehatan mental orang tua sangatlah penting untuk dijaga, apalagi ketika merawat orang lain yang juga membutuhkan sokongan mental. Faktor penentu kesehatan mental orang tua meliputi aktivitas fisik, makan teratur, tidur nyenyak, dan tingkat penderitaan anak.
1. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik yang dimaksud di sini adalah olahraga. Menggerakkan tubuh tidak hanya menyehatkan, akan tetapi juga menyenangkan. Bergerak juga merupakan kebutuhan primer manusia. Manusia yang hanya menghabiskan waktunya dengan berdiam diri akan lebih rentan terhadap depresi.
Olahraga dipercaya mampu memperbaiki mood, meningkatkan konsentrasi, mengurangi stres dan depresi, meningkatkan rasa percaya diri, serta menjaga berat badan. Selain itu, rasa lelah yang dihasilkan setelah berolahraga juga bisa membantu memperbaiki pola tidur.
2. Makan teratur
Asupan nutrisi yang baik terbukti sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental orang tua. Sederhananya, banyak orang tua yang sibuk merawat anak dan seringkali melewatkan sarapan. Padahal, sarapan adalah waktu makan paling penting. Asupan gizi di pagi hari dapat memberikan energi yang cukup untuk menjalani hari. Tanpa sarapan, tubuh akan kekurangan energi, sehingga mudah lelah, dan lebih rentan terhadap stres.
3. Tidur yang nyenyak
Kurang tidur tidak hanya membuat seseorang menjadi lemas dan mengantuk. Ketika tubuh dan otak dipaksa untuk tetap bekerja pada jam tidur, salah satu bagian otak yang mengontrol emosi mengalami peningkatan aktivitas hingga 60 persen. Bagian otak yang diforsir ini menyebabkan seseorang jadi sulit mengendalikan emosi. Itulah mengapa orang yang kurang tidur cenderung lebih mudah marah-marah.
Ketika emosi sulit dikendalikan, ditambah lagi dengan kondisi tubuh yang lelah, tentunya orang tua akan lebih sulit fokus, dan berisiko mengambil keputusan yang salah.
4. Penderitaan yang dialami anak
Ketika anak sakit, orang tua pasti ikut sakit. Meskipun tidak langsung. Melihat anak yang menderita tentunya bukan pemandangan yang menyenangkan. Kebanyakan perawatan atau pengobatan kanker, seperti kemoterapi, merupakan metode pengobatan yang menyakitkan.
Melihat anak harus menderita dan menahan rasa sakit tentunya bisa membuat orang tua semakin stres, merasa bersalah, bahkan hingga taraf membenci dirinya sendiri karena merasa gagal sebagai orang tua. Di sisi lain, ketika anak dijauhi dari rasa sakit, maka orang tua akan merasa lega. Itulah mengapa penderitaan yang dialami anak berpengaruh besar terhadap kesehatan mental orang tua.
Faktor penentu kesehatan fisik untuk mental orang tua
Berdasarkan penelitian yang sama, faktor penentu kesehatan fisik orang tua mencakup usia muda, pemasukan besar, jam tidur, serta kondisi anak sehat.
1. Usia muda
Seiring usia menua, tentunya banyak fungsi organ tubuh yang berangsur menurun. Itulah mengapa usia menjadi salah satu faktor penting dalam kesehatan fisik orang tua. Ketika usia orang tua semakin tinggi dan kondisi fisik orang tua semakin melemah, tentunya orang tua membutuhkan bantuan dari anggota keluarga lain yang usianya lebih muda dalam merawat anak pengidap kanker.
Selain itu, rentang jarak usia antara orang tua dan anak juga berpengaruh. Semakin besar jarak usianya, maka semakin tinggi kekhawatiran orang tua terhadap pengasuhan anaknya.
2. Pemasukan yang besar
Biaya perawatan/pengobatan kanker tidaklah murah. Pengeluaran pasti akan menggembung seketika. Sejatinya, orang tua dengan penghasilan yang rendah biasanya memiliki kemampuan yang kurang secara finansial untuk merawat dirinya sendiri, seperti pergi ke dokter, membeli obat, atau membeli makanan yang sehat.
Orang tua yang memiliki pemasukan yang besar pastinya lebih mampu untuk membayar berbagai kebutuhan medis dirinya dan keluarganya. Tak hanya untuk mengobati, keluarga dengan pemasukan yang besar juga cenderung lebih mampu membayar makanan yang sehat, lingkungan hidup yang bersih, serta perawatan diri lainnya yang mampu mencegah datangnya penyakit.
3. Durasi tidur
Tak hanya mengurangi fokus dan memperburuk mood, waktu tidur yang terkikis terus menerus juga berpotensi menimbulkan berbagai penyakit, seperti obesitas, penyakit jantung, serta diabetes. Kondisi otak yang sulit fokus karena kurang tidur juga membuat orang tua lebih rentan terkena kecelakaan yang bisa mencelakai fisik.
4. Kesehatan anak
Ketika kesehatan anak berangsur membaik, maka orang tua bisa menarik nafas lega dan mulai kembali mengurus dirinya sendiri. Itulah mengapa kesehatan si anak sendiri berpengaruh besar terhadap kesehatan fisik orang tuanya.
Dalam kondisi apapun, untuk bisa menolong orang lain, si penolong harus memastikan dulu bahwa dirinya dalam kondisi yang mendukung untuk memberi pertolongan. Sejatinya, orang yang butuh ditolong tidak akan mampu menolong orang lain.
Referensi
Klassen, A. F., Klaassen, R., Dix, D., Pritchard, S., Yanofsky, R., O’Donnell, M., . . . Sung, L. (2008). Impact of Caring for a Child With Cancer on Parents’ Health-Related Quality of Life. Journal of Clinical Oncology, 26(36), 5884-5889.
Maunder, C. (2012). Investigating Supportive Care Needs of Parents of Children with Cancer: Is A Parent Support Group Intervention a Feasible Solution? Institute of Medical Sciences, 5-12.