Diperlukan gaya pengasuhan yang tepat untuk dapat membina akhlak anak dengan efektif. Tujuan utama dari berkeluarga adalah pengasuhan anak. Tentunya tiap orang tua memiliki referensi dan cara yang berbeda-beda dalam membesarkan anaknya. Meskipun perbedaan prinsip dalam mengasuh anak memiliki cara yang berbeda, namun tujuan besarnya sering memiliki persamaan, yakni membesarkan anak agar menjadi pribadi yang baik, bermanfaat bagi sekitarnya, bisa membanggakan orang tua, dan pastinya penuh kebahagiaan.

Karakteristik-karakteristik tersebut dikenal dengan sebutan akhlak, khususnya dalam agama Islam. Setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Guna mencapai tujuan tersebut, orang tua akan mendidik anak di segala lini dengan semua sumber daya yang mereka miliki. Semua itu untuk membina akhlak anak yang baik. Namun seperti apakah sebenarnya wujud akhlak pada anak?

Wujud membina akhlak pada anak

Dalam istilah Arab, akhlak mengacu pada perilaku yang baik, bermoral, dan beretika. Budaya barat mengartikannya sebagai karakter, temperamen, watak, serta etika seorang individu. Menurut Al-Ghazali, seorang peneliti ke-Islam-an, akhlak merupakan kualitas manusia yang tertanam dalam jiwa dan tercermin dalam bentuk perilaku yang spontan. Biasanya akhlak muncul tanpa pertimbangan yang mendalam.

Selain dari keluarga dan orang tua, membina akhlak anak juga dapat dilakukan di sekolah. Banyak sekolah berbasis agama yang menerapkan pendidikan akhlak secara khusus. Pada sekolah berbasis agama Islam, biasanya materi pendidikan akhlak bersumber dari kitab suci Al-Quran, sunnah Nabi (contoh atau teladan perilaku yang diambil dari gaya hidup Nabi Muhammad SAW), atau contoh dan teladan perilaku dari para sahabat Nabi Muhammad SAW yang menekuni ajarannya.

Siti Rofiah Nurul (2010) mengungkapkan dalam penelitiannya bahwa terdapat 5 kategori akhlak, yakni:

  • Akhlak terhadap Allah
  • Akhlak terhadap diri sendiri
  • Akhlak terhadap keluarga
  • Akhlak terhadap masyarakat
  • Akhlak terhadap alam dan lingkungan

Jenis gaya pengasuhan anak

Pada tahun 1960-an, Diana Baumrind, seorang psikolog perkembangan dari Universitas Berkeley di California, Amerika Serikat, mencetuskan 3 jenis gaya pengasuhan oleh orang tua, yakni otoritatif, otoriter, dan permisif. Di tahun 1980-an, Maccoby dan Martin menyempurnakan jenis gaya parenting ini dan menambahkan gaya mengabaikan.

1. Gaya otoritatif (authoritative)

Pengasuhan anak yang menerapkan gaya otoritatif biasanya bersifat hangat, responsif, menerapkan aturan dan batasan yang jelas, menaruh harapan yang tinggi pada anak, suportif, serta menghargai kemandirian anak.

2. Gaya otoriter (authoritarian)

Pengasuhan anak yang menerapkan pola asuh otoriter biasanya bersifat acuh tak acuh, menerapkan peraturan yang ketat, menaruh harapan yang tinggi pada anak, serta menuntut kepatuhan buta dari anak.

3. Gaya permisif (permissive)

Pengasuhan anak yang menerapkan gaya permisif biasanya bersifat hangat, responsif, jarang menerapkan peraturan bagi anak, cenderung memanjakan, serta serba toleran.

4. Gaya mengabaikan (neglectful/uninvolved)

Pengasuhan anak yang menerapkan pola asuh mengabaikan biasanya bersifat dingin, tidak peduli, tidak mengekang, jarang terlibat atau berinteraksi dengan anak, serta cenderung masa bodoh dengan kehidupan si anak.

Gaya pengasuhan yang tepat

Sebelum menentukan mana gaya pengasuhan yang paling tepat, mari kita bahas terlebih dahulu seperti apa efek masing-masing pola asuh terhadap sifat anak.

Gaya pengasuhan anak yang otoritatif biasanya memberi batasan dan mengontrol perilaku anak seperlunya, dan di saat yang bersamaan juga memberi anak kebebasan untuk mencari kesenangan mereka sendiri. Anak yang dibesarkan dengan pola asuh otoritatif biasanya akan tumbuh menjadi individu yang mandiri, mudah bergaul, serta bertanggung jawab.

Sedangkan gaya pengasuhan anak yang otoriter biasanya menerapkan hukuman guna membentuk kedisiplinan anak. Orang tua yang otoriter juga cenderung mengharuskan anak untuk mematuhi perintah orang tua. Hasilnya, anak akan tumbuh menjadi individu yang tidak percaya diri, sulit bergaul, serta mudah stres. Anak yang tumbuh dengan gaya pengasuhan yang otoriter biasanya kerap memiliki masalah dalam kehidupan sosialnya serta memiliki performa akademik yang kurang menonjol.

Gaya pengasuhan yang permisif biasanya cenderung toleran dan mengabulkan segala keinginan anak. Orang tua yang permisif jarang menuntut apapun dari anaknya. Hasilnya, anak akan tumbuh menjadi individu yang sulit mengontrol diri serta cenderung egois dan individualis. Gaya pengasuhan yang bersifat mengabaikan tidak perlu dibahas karena nihilnya kepedulian terhadap anak sehingga peran orang tua tidak berpengaruh sama sekali terhadap perkembangan moral dan proses membina akhlak anak.

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Khairollah (2011) yang meneliti sekitar 300 anak terkait gaya pengasuhan, terbukti bahwa gaya pengasuhan otoritatif paling banyak diterapkan. Selain itu, terbukti juga bahwa gaya pengasuhan otoritatif menghasilkan anak yang percaya diri, terbuka, serta memiliki empati yang tinggi.

Kesimpulannya, gaya pengasuhan otoritatif terbukti memiliki hasil yang sejalan dengan karakteristik dalam membina akhlak anak. Berbagai karakteristik dalam pola asuh otoritatif menghasilkan anak yang memahami dirinya sendiri, tanpa mengesampingkan orang lain. Nilai kebaikan yang terpatri pada diri anak berkat pola asuh orang tua ini akan membekas hingga anak tumbuh besar nanti. Pola asuh otoritatif yang mengedepankan interaksi juga menghasilkan anak yang mampu dengan mudah membedakan hal yang baik dan yang buruk.

Dengan kata lain, gaya pengasuhan yang otoritatif memiliki potensi paling tinggi dalam menghasilkan pribadi anak yang berakhlak baik dan mulia.

Referensi

Bridges, L. J., & Moore, K. A. (2002, January). Religion and Spirituality in Childhood and Adolescence. Child Trends, 1-62.

Ghani, F. A., Kamal, S. L., & Aziz, A. A. (2014). The Implication of Parenting Styles on the Akhlak of Muslim Teenagers in the South of Malaysia. Procedia – Social and Behavioral Sciences(114), 761-765.

Li, P. (2019, July 18). 4 Parenting Styles – Characteristics And Effects. Diambil kembali dari Parenting for Brain

Lin, S. S., & Ghani, F. A. (2014). Emotional intelligence and akhlak among Muslim adolescents in one of the Islamic Schools in Johor, South Malaysia. Procedia – Social and Behavioral Sciences(114), 687-692.

Morin, A. (2019, August 23). 4 Types of Parenting Styles and Their Effects on Kids. Diambil kembali dari VeryWell Family