Masih teringat jelas diingatan saya, saat keponakan saya berusia tiga tahun dan berlanjut ke tahun-tahun berikutnya. Dia termasuk anak terlambat berbicara ditandai dengan sedikitnya celotehan yang dia keluarkan. Dia memang istimewa, anak laki-laki berambut hitam lebat dengan senyum yang selalu merekah. Ya, dia anak kakak perempuan saya yang mana menikah pada usia muda, 21 tahun.

Ada beberapa hal yang mempengaruhi seorang anak menjadi terlambat berbicara. Artikel ini akan membahas beberapa alasan dan kemungkinan seorang anak mengalami speech delay. Berikut adalah beberapa hal yang mempengaruhi anak terlambat berbicara.

Anak Terlambat Berbicara Karena Faktor Genetik

Menurut Yulianda (2019) faktor-faktor yang paling signifikan yang dapat melatarbelakangi keterlambatan berbicara antara lain: genetik, kecacatan fisik, hubungan keluarga dan faktor kesehatan. Kutipan tersebut memang terbukti benar.

Jejak cerita dari nenek, memang bapak dari si anak juga mengalami keterlambatan bicara. Pada saat usia 4 tahun, bapak dari anak tersebut baru mau menirukan hal-hal sederhana seperti berucap ayam, ayah, tante, baba dan kata dengan dua suku kata lainnya. Hal tersebut sangat kontras di lingkungan bermain anak tersebut. Anak seusianya sudah banyak yang dimasukan Play Group atau biasa disebut Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

            Pada akhirnya, orang tua anak memasukkan anak tersebut masuk Play Group juga. Mereka berharap dengan digabungkan dengan teman sebayanya, sang anak dapat mencontoh kata-kata anak-anak lain juga dipandu gurunya.

Namun yang terjadi selanjutnya adalah sang anak tidak mau diam di ruang kelas dan selalu berlari ke jalan tepat ibunya memarkirkan kendaraan. Anak dengan keterlamabatan berbicara biasanya memang hyper-active. Itu karena keadaan apa yang dia rasakan belum bisa dia ungkapkan menggunakan kata-kata. Maka dari itu, tidak heran jika dia sering menangis, merengek, dan meronta-ronta saat langkahnya terhalang dan keinginannya tidak terpenuhi.

Pengaruh dari Tontonan Anak

            Apabila faktor internal bisa dari genetik orang tua, faktor eksternal salah satunya adalah pengaruh perlakuan orang tua kepada sang anak. Menurut Sari, Suryana, & Pransiska (2018) kurangnya perlakuan orang tua dalam membangun hubungan komunikasi terhadap anak, kurangnya izin orang tua untuk anak bermain di luar rumah, tayangan televisi yang anak tonton, dan kurangnya waktu orang tua akibat sibuk bekerja memungkinkan anak mengalami gangguan tahapan perkembangan dalam berbicara.

            Guru pertama anak adalah orang tua. Namun pada zaman sekarang, orang tua sudah sibuk dengan karir maupun bisnis. Tak heran sekarang banyak anak balita sudah diberi gadget oleh orang tuanya. Pembelaan orang tua yaitu dengan alasan agar anak tidak rewel keluar rumah dan pekerjaannya tidak terhambat oleh tangisan anak.

Hal tersebut berbahaya jika dilakukan terus menerus. Kebiasaan menonton tanpa pengawasan orang dewasa yang mana konten yang kadang tak sesuai umur atau kartun dengan tokoh tidak berbicara atau kartun bahasa asing yang belum dapat mencerna artinya sangat berpengaruh pada perkembangan bicaranya.

Normalnya, pada tahapan perkembangan bicara anak, ada yang membimbingnya menyebut nama-nama benda sekitarnya. Mengidentifikasi nama benda, kegunaan benda, benda mana yang tidak boleh dipegang dll. Komunikasi di sini sangatlah berperan penting.

Pada dasarnya anak mendengarkan dan mencoba meniru apa yang mereka lihat dan dengar serta mengeksplorasi perkembangan pikiran dan imajinasi dengan mainan sederhana ditemani seseorang yang mengenalkan setiap benda yang dilihat.

Pengasuh, Daycare, Homeschooling

Salah satu solusi untuk para orang tua karir yang memiliki anak terlambat berbicara adalah menggunakan jasa pengasuh, lembaga penitipan anak, dan juga homeschooling saat masa balita. Setidaknya jika waktu orang tua sedikit, berilah fasilitas yang seimbang apa yang seharusnya diterima oleh anak.

Emosi pada anak telat bicara cenderung meluap-luap. Hal tersebut bisa jadi dikarenakan kurangnya intensitas komunikasi dengan orang sekitar. Jika orang tua tidak memungkinkan banyak waktu komunikasi dengan anak, mungkin pengasuh atau jasa penitip bisa menggantikan sedikit peran orang tua untuk berkomunikasi dengan anak.

Kontributor penulis: Kiki Amelia