“Kobe Bryant meninggal o?” sebuah pesan singkat whatsapp yang pertama kali saya baca sesaat setelah bangun tidur. Sebuah pesan yang jelas tidak saya percayai. Lebih tepatnya, saya sangat berharap itu hanyalah gurauan saja dari seorang teman. Ternyata memang betul. Kobe Bryant meninggal, bersama dengan anaknya Giana dalam kecelakaan helicopter pada 26 januari 2020.
Kobe Bryant tercatat 5 kali juara NBA, 2 kali MVP final NBA, 18 kali NBA All-Star, 2 kali juara olimpiade dan masih banyak lagi catatan luar biasanya sebagai seorang atlit bola basket. Sebagai pemain basket, Kobe selalu masuk dalam pembicaraan GOAT (Greatest Of All Time) dalam dunia basket. Namun Kobe lebih dari seorang atlit basket. Kobe adalah sosok, panutan, bahkan dewa bagi beberapa orang. Hal ini menunjukan bahwa aspek-aspek kehidupan Kobe di luar basket juga menginspirasi banyak orang, termasuk sosoknya di keluarga.
Kobe Bryant, seorang family man
Tak seperti keluarga-keluarga pada umumnya, kehidupan keluarga Bryant tidaklah mulus-mulus saja. Kehidupan berkeluarga Kobe sempat diterpa angin kencang kala ia dilaporkan terlibat kasus dugaan pemerkosaan terhadap wanita berusia 19 tahun di tahun 2003 lalu. Kasus ini kemudian berakhir dengan dicabutnya laporan oleh pelapor. Namun demikian, hal yang patut disoroti adalah respons sang istri, Vanessa. Ia menemani Kobe dalam konferensi persnya terkait penjelasan Kobe atas kasus tersebut.
Hal ini mendukung manifestasi bahwa keluarga adalah sebuah entitas yang melindungi, mendukung dan menjaga anggotanya ketika salah satu dirundung masalah.
Kegigihan Kobe dalam mempertahankan keutuhan keluarganya dapat dilihat ketika sang istri mengajukan gugatan cerai pada tahun 2011, hingga akhirnya sang Istri mencabut gugatan cerainya di tahun 2013. Meyakinkan pasangan untuk tetap bersama pasti bukan hal yang mudah, namun menyerah bukanlah tipikal Mamba Mentality.
Kobe Bryant memiliki 4 orang anak yang kesemuanya perempuan. Giana Bryant, putrinya yang ikut meninggal dalam kecelakaan tersebut adalah anak yang aktif dan ingin menjadi pemain basket professional. Seorang ayah sebaiknya memang mendukung apa yang diinginkan oleh anaknya. Hal ini ditunjukkan Kobe dengan aktif membimbing anaknya berlatih basket, menemaninya menonton pertandingan basket, dan mendukung Giana dengan sepenuh tenaga. Kedekatan Kobe dengan anaknya sangat mudah dilihat di internet, terutama sejak Kobe memutuskan untuk pensiun dari dunia basket di tahun 2016.
Nomor punggung 24
Kobe mengenakan jersey bernomor 8, kemudian berganti ke nomor 24. Ada makna filosofis dalam nomor 24 itu. Dalam peraturan basket, setiap tim hanya diberi waktu 24 detik untuk melakukan tembakan ke ring. Artinya, dalam 24 detik itu seorang pemain harus berupaya sekuat tenaga untuk melakukan tembakan yang menghasilkan poin bagi timnya.
Begitupun dalam keluarga. Setiap hari kita memliki waktu 24 jam yang harus digunakan untuk melindungi keluarga kita. Memastikan keluarga kita tetap bahagia. Itulah yang dilakukan oleh kepala keluarga sebagai manifestasi lelananging jagad.
Sebagai seorang pemain basket, Kobe memiliki catatan persentasi poin sebesar 44%. Artinya, terdapat 56% kemungkinan Kobe gagal mencetak poin bagi timnya. Namun dengan angka sebesar 44%, Kobe tak hanya berhasil menjadi seorang superstar. Kobe berhasil menjadi seorang legenda.
Berkaca pada ranah kehidupan, kisah Kobe di atas menunjukkan bahwa sebagai seorang lelaki, Kobe harus pantang menyerah dan tak boleh takut gagal. Kobe Bryant menjadi legenda basket dengan prosentase kegagalan tembakan sebesar 56%. Lebih dari separuhnya. Untuk mendapatkan hasil yang lebih, kita harus terus mencoba untuk menjadi lebih baik lagi.
Terimakasih, Kobe. Atas inspirasimu kepada dunia, khususnya inspirasimu kepadaku dalam menjadi seorang family man.
Rest In Power, Mamba…
“The most important thing is to try and inspire people so that they can be great in whatever they want to do.”
Kobe Bryant
Penulis : Remo Adhy \ Penyunting : Vikra Alizanovic