Saya adalah Eling Meyatmaja, papa dari seorang anak perempuan energik bernama Kila. Bagi saya, Kila adalah seorang Ratu. Terlebih lagi Kila adalah anak pertama saya yang akan menginjak usia dua tahun pada bulan depan. Sama dengan anak seusianya, Si Ratu kecil ini sudah punya keinginannya sendiri. Sebagai Papa saya ingin mengikuti semua keinginan anak perempuanku.
Sekilas dalam benak ini bertanya-tanya, apakah benar jika memberikan semua yang anak kita
inginkan adalah keputusan terbaik untuk anak? Kadang beberapa orang, termasuk istri
saya pun sedikit melarang untuk mengabulkan permintaan anak.
Baru-baru ini Kila, si Ratu kecil, mulai disapih. Beberapa malam dilewati dengan rengekan
dan tangisan. Seketika saya ingin menggendongnya saat terbangun di malam hari. Istri
saya pun melarang dengan alasan anak harus dapat tertidur kembali sesuai keinginannya tanpa
harus di gendong.
Melihat anak terbangun di tengah malam dalam keadaan menangis membuat hati saya resah.
Dalam benak saya, keadaan gelap di ruang kamar mungkin membuat Kila sedih, saya ingin
menjadi sosok di samping Kila untuk menjaganya. Saya ingin memberikan ketenangan
untuknya, jangan sampai dia merasa takut, atau bahkan tidak nyaman karena terjaga. Saya
ingin melindunginya dari apapun yang membuatnya tidak nyaman. Namun, hal ini mungkin
tidak sejalan dengan keinginan Istri saya.
Istri saya kemudian meminta untuk tidak tergesa-gesa menggendong Kila. Hal itu dilakukan supaya Kila dapat mengendalikan emosinya terlebih dahulu, membuatnya berani dan terbiasa untuk tertidur kembali. Momen inilah yang membuat saya bertanya-tanya, apakah benar menjadi Papa yang baik adalah dengan memberikan semua keinginan anak perempuanku? Atau, kita harus menyaring permintaan yang perlu atau tidak perlu dikabulkan?
Bagi saya, berani itu berawal dari latihan. Kita harus memberi pemahaman pada anak bahwa
malam itu sedikit cahaya, malam itu bukan waktu untuk minum susu, dan malam adalah waktunya tidur. Sekali dua kali diberi tahu, mungkin dia belum juga paham, tapi tidak ada salahnya di coba.
Dilema Memenuhi Keinginan Anak Perempuanku
Suatu malam, seketika Kila merengek dan memanggil, tetapi hati tetap tidak kuasa menolak. Saya akan langsung menggendongnya, menenangkannya. Kila akan tidur dalam dekapan saya. Meskipun dalam lamunan saya berfikir apakah yang saya lakukan ini termasuk dalam istilah “memanjakan” anak? Entahlah, setidaknya malam ini Kila dapat tertidur nyenyak.
Bagi saya, manja itu ambigu dan samar dalam pikiran. Mana yang boleh dilakukan sebagai seorang Papa dan mana yang termasuk Papa memanjakan anak. Bagi saya, apa yang anak minta akan saya berikan. Terkadang saat kita menuruti apa yang anak inginkan, muncul pertanyaan, “Apakah bahaya jika saya berikan semuanya? Mungkinkah suatu saat nanti dia tidak akan tahu arti perjuangan?”. Hal itu karena berjuang penting sehingga suatu saat nanti ia akan berjuang untuk keinginannya sendiri.
Hal yang dapat saya lakukan saat ini adalah menjaganya dari hal negatif yang mungkin akan
datang menghampirinya. Mungkin ketika Kila tumbuh dan mulai belajar mengenal lingkungan sekitarnya. Dia akan berada pada posisi yang tidak nyaman untuknya suatu hari nanti. Kadang tidak semua situasi bisa kita kendalikan. Sebagai Papa, saya sebisa mungkin melindunginya dari ketidaknyamanan itu dan mencoba membuatnya bangkit.
Sama halnya Kila yang belajar mengenal lingkungan sekitarnya untuk tumbuh dan berkembang, Saya juga harus belajar menjadi orang tua yang dapat membesarkanya dengan baik dan sesuai dengan apa yang dia inginkan. Saya sebagai Papa masih perlu memahami kadar memanjakan anak sesuai porsinya.
Aktifitas Kila saat ini diabadikan dalam channel Youtube Main Montessori untuk mengenang masa kecilnya serta upaya sharing kepada para keluarga kehidupan keluarga Kila.