Jika kamu merasa lelah bekerja, malas berangkat kantor dan bertemu kolega atau atasan, hilang motivasi kerja, atau bosan dengan pekerjaanmu, mungkin kamu sedang dalam fase burn out pekerjaan saat ini.
Baik lelaki maupun perempuan karir yang memiliki rutinitas setiap weekdays mungkin pernah mengalami hal ini. Momen saat kamu merasa tidak semangat dalam bekerja atau bosen untuk berangkat kerja.
Terkadang, rasa seperti ini dialihkan dengan rasa syukur telah mendapatkan pekerjaan dan penghasilan. Atau, rasa seperti ini diabaikan begitu saja hingga berakhir sendiri sehingga bekerja layaknya zombie yang berada dalam kantor.
Padahal fenomena burn out dalam pekerjaan ini sangat membahayakan kesehatan mental kalian. Mungkin sebagian bisa mengabaikan, tapi tidak sedikit juga berdampak pada mental illness yang serius hingga harus mengkonsumsi obat penenang.
Lalu, apa sebenarnya burn out itu?
Konsep Tentang Burn Out Pekerjaan
Awalnya, konsep tentang burn out dalam pekerjaan ini muncul dari sebuah penelitian yang dilakukan oleh Maslach dan Jackson tahun 1980-an. Mereka mulanya ingin melihat kondisi emosional pekerja dalam memanajemen psikologis dan pekerjaan pegawai.
Alhasil, burn out ini muncul sebagai konsep dari hasil telaah kondisi pegawai yang lelah secara emosi, tidak merasa dihargai sebagai seorang manusia dalam bekerja, dan merasa gagal dalam bekerja.
Rasa seperti itu muncul karena stimulus yang ada di lingkungan pekerjaan. Misalnya, atasanmu menentukan target tertentu pada unit kerjamu tapi tidak ada skema atau arahan yang bisa memudahkan pegawai untuk bisa mencapai target itu.
Atau, kamu merasa terlalu lama menjalankan rutinitas tapi tidak menambah apapun dalam hidupmu sehingga merasa ada kesia-siaan. Bahkan, perasaan itu diperparah dengan pendapatan yang kamu dapatkan dirasa kurang cukup untuk membiayai keinginanmu dalam hidup.
Stimulus yang sering mengakibatkan burn out dalam pekerjaan ini adalah ekspektasi tidak sesuai realita. Saat melamar pekerjaan, bayangan menjadi pegawai di perusahaan itu sangatlah menarik dan asik. Fakta di lapangan berbalik dengan apa yang dilihat sebelumnya. Ternyata, setelah masuk di pekerjaan itu membuatnya bekerja melebihi jam kerja pada umumnya dan target yang luar biasa besarnya.
Kisah Burn Out Pekerjaan di Berbagai Bidang
Kisah burn out pekerjaan ini merupakan hasil diskusi dengan beberapa kolega kami yang mengalami kondisi burn out dalam pekerjaannya. Ada beberapa profesional yang merasa pekerjaan yang dijalaninya membuat burn out.
Pertama, kisah dari seorang dosen yang burn out karena ekspektasi tidak seperti realita. Saat jadi mahasiswa, ia melihat dosen adalah profesi yang menyenangkan. Dosen memiliki kuasa atas mahasiswa dan harta untuk keluarga.
Faktanya, saat ia menjadi dosen salah satu kampus negeri di Yogyakarta ternyata banyak dilema. Ia yang membayangkan memiliki kuasa atas mahasiswa ternyata justru direpotkan dengan banyak mahasiswa. Tuntutan untuk membimbing mahasiswa agar tidak drop out (karena berdampak pada kinerja personal dan instansi) dan tuntuan untuk menjadi pendengar yang baik bagi mahasiswa yang mengalami kendala (persoalan rumah tangga, finansial, dll).
Saat ia yang dulu membayangkan dosen punya banyak duit, ternyata realitasnya tidak semudah itu. Banyak tuntutan administrasi yang menguras pikiran dan tenaga. Gaji yang ia dapatkan tidak seperti yang dibayangkan. Honor penelitian yang ia dapatkan tidak sebanyak yang ia pikirkan. Bahkan, ia beranggapan bahwa apa yang dia lakukan dengan apa yang ia dapatkan tidak sebanding.
Kedua, kisah dari seorang karyawan swasta di salah satu media besar di Jakarta. Saat mahasiswa, ia melihat karyawan di TV itu tampak happy dan fashionable. Tampak dari outfit dan gaya hidupnya, ia beranggapan bahwa pendapatannya sangat besar.
Faktanya, saat ia sudah menjadi karyawan di sana ternyata pekerjaan yang diterimanya sangatlah berat. Alih-alih happy dan fashionable, ia justru tertekan dengan target stripping dan bos yang galak. Selain itu, gaji bulanan yang diterima hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok hidup. Bahkan, ia harus mengambil beberapa kredit untuk tampak fashionable dalam lifestyle kehidupan Jakarta.
Ketiga, kisah dari seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) yang selalu dibayangkan menarik dan diinginkan banyak orang. Ia merasa bersyukur sudah bisa menjadi ASN dan mendapatkan jaminan hidup cukup dari negara.
Tapi, sisi lain dari rasa burn out pekerjaan juga tidak lepas dalam hidupnya. Rutinitas yang dijalani menjadikannya merasa tidak seperti manusia. Ia hanya berangkat jam 07.30 dan pulang saat jam 16.00 setiap harinya.
Posisinya sebagai fungsional ASN ternyata tidak menjadikannya berfungsi dengan baik. Setiap harinya pekerjaan yang dijalaninya adalah pekerjaan administratif yang tidak membutuhkan tingkat pendidikan tertentu.
Burn Out Pekerjaan Bukan Soal Uang Semata
Seorang teman yang bekerja di Schlumberger dengan gaji Rp.60.000.000/bulan pun pernah mengalami burn out. Hal penting yang perlu diingat bahwa burn out bukan soal uang semata. Ada banyak faktor yang mempengaruhi burn out bagi seorang pegawai.
Beberapa faktor yang mungkin menimbulkan burn out adalah pekerjaan dan peran di dalamnya, karakteristik perusahaan yang kurang sesuai dengan value hidupmu, dan karakteristik masing-masing individu.
Ketiga hal tersebut memiliki uraian yang banyak sekali. Untuk pembahasan lebih mendetail mungkin kalian bisa menelaah kajian-kajian tentang Maslasch Burnout Inventory (MBI) di berbagai jurnal.
Artikel ini dipublikasikan karena penulis juga sedang burn out dengan pekerjaannya. Semoga saja kita bisa lepas dari burn out pekerjaan dan mendapatkan ekspektasi yang diinginkan dalam bekerja, seperti lingkungan kerja yang nyaman, gaji yang tinggi, serta apresiasi yang adil dalam setiap pekerjaan yang kita jalani.
Sumber rujukan utama:
Cordes, C. L., & Dougherty, T. W. (1993). A Review and an Integration of Research on Job Burnout. Academy of Management Review, 18(4), 621–656