Seperti apa pemberian tugas sekolah yang ideal di kala isolasi Corona seperti sekarang ini? Bagaimana agar murid bisa belajar dari rumah tanpa menjadi semakin stres?

Tempo hari, saya mendengar keluhan dari seorang karib. Ia dipusingkan dengan tugas sekolah yang diterima oleh adiknya. Mari sebut saja adiknya bernama Budi. Guru si Budi memberikan tugas yang mengharuskan Budi untuk keluar rumah untuk mendatangi tukang fotocopy dan warnet karena di rumahnya tidak ada mesin printer dan tidak ada internet. Orang tua dan kakak Budi khawatir dan pusing.

Pada kesempatan lain, teman saya yang lain, sebut saja namanya Jono, mengeluhkan tugas dari dosennya. Dosen si Jono memberikan tugas makalah yang harus ditulis tangan kemudian di-scan dan dikirimkan via email. Dengan kata lain, Jono harus pergi ke tukang fotocopy untuk jasa scan. Sedangkan kebanyakan tukang fotocopy di sekitar tempat tinggalnya tutup hingga waktu yang tidak ditentukan. Jono marah-marah dan pusing.

Selain itu, banyak juga orang tua yang mengeluhkan tugas sekolah yang bertumpuk-tumpuk tanpa memperhitungkan kondisi isolasi virus Corona yang sudah cukup menguras hati dan pikiran. Dilansir dari Liputan6, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyatakan bahwa sejak pembelajaran dari rumah diterapkan, terdapat hingga 51 pengaduan yang mengeluhkan beratnya tugas yang diberikan guru.

Dampak negatif tugas sekolah yang tidak pas

Berdasarkan penjelasan dari Center for Public Mental Health (CPMH) Psikologi UGM, pendidik dapat melibatkan pelajar atau mahasiswa untuk melakukan sesuatu terkait dengan wabah COVID-19. Misalnya memberikan tugas untuk membuat materi edukasi atau melakukan edukasi kepada masyarakat.

Masalahnya, pemberian tugas sekolah yang begitu banyak ini tentunya berpengaruh terhadap kemaslahatan siswa dan keluarga. Tanpa Corona saja, tugas sekolah yang menumpuk bisa memicu stres pada murid—apalagi dalam kondisi isolasi Corona ini. Kondisi isolasi seperti sekarang ini termasuk dalam kondisi yang stressful atau penuh dengan tekanan.

Ganjar Pranowo selaku Gubernur Jawa Tengah pun mengamini hal ini. Ganjar menginstruksikan agar jangan lagi memberikan tugas-tugas yang berat kepada siswa. Selain dinilai tidak efektif, hal tersebut justru membuat para siswa dirundung stres.

Virus Corona membuat semua orang menjadi was-was dan khawatir. Padahal untuk bisa bertahan dari wabah ini, kondisi badan haruslah fit dan bebas dari tekanan agar sistem imun tubuh selalu dalam keadaan prima dan terus meningkat.

Apa yang akan terjadi jika anak diforsir? Kondisi fisik dan mental anak akan drop. Dengan kondisi fisik yang melemah, anak akan menjadi semakin rentan akan segala penyakit. Tak hanya anak, orang tua pun bisa menjadi rentan juga. Terutama terkait masalah ekonomi keluarga dan hubungan fisik yang semakin sulit untuk dilakukan.

Yang perlu dihindari dalam pemberian tugas sekolah di tengah isolasi Corona

Kampus Guru Cikal, Semua Murid Semua Guru, Guru Belajar, Keluarga Kita serta Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan mencanangkan gerakan Sekolah Lawan Corona yang memberikan beberapa sudut pandang menarik terkait pemberian tugas ini. Salah satunya ialah memanusiakan hubungan antara guru, murid, dan orang tua. Dalam paparannya, Sekolah Lawan Corona menyebutkan 3 hal yang harus dihindari, yakni:

  1. Hindari membuat aturan dan tugas yang tidak memahami kondisi murid dan orang tua.
  2. Hindari memaksakan tugas harus dikerjakan dengan kriteria dan durasi kecepatan yang sama untuk semua murid.
  3. Hindari menuntut orang tua untuk mendampingi penuh murid tanpa mempertimbangkan faktor kendala dalam melakukan pendampingan.

Selain itu, terkait pemahaman konsep, Sekolah Lawan Corona juga memberi saran untuk para guru agar menghindari memberikan tugas sekolah sekedar untuk latihan soal atau LKS tanpa adanya diskusi dan refleksi. Ditambah lagi, diharap untuk menghindari memberi siswa tugas sekolah yang hanya meminta murid untuk memindahkan materi dari buku teks ke lembar tugas.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim mendukung juga hal ini. Dilansir dari Detik News, Nadiem menekankan bahwa walaupun banyak sekolah sekarang melakukan belajar dari rumah, bukan berarti gurunya hanya berikan pekerjaan saja kepada murid. Guru juga perlu ikut berinteraksi dan berkomunikasi membantu muridnya dalam mengerjakan tugasnya.

Jadi, bagi para guru, mari beri siswa dan pelajar kelonggaran. Jangan beri tugas yang berlebihan. Mari bekerja sama agar kita semua selalu sehat dan kuat untuk menjalani keadaan yang pelik ini.

Referensi

ist/ima. (2020, Maret 22). Ganjar : Guru Boleh Kerja di Rumah, Jangan Beri Tugas Berat ke Siswa. Diambil kembali dari Radar Tegal

Kasih, A. P. (2020, Maret 23). Guru, Ini Panduan Mengajar Jarak Jauh dari Sekolah Lawan Corona. Diambil kembali dari Kompas.com

Makdori, Y. (2020, Maret 19). Belajar dari Rumah, KPAI: Ada 51 Aduan Keluhkan Beratnya Tugas dari Guru. Diambil kembali dari Liputan 6

Mawardi, I. (2020, Maret 24). Nadiem: Kami Dengar Siswa Hanya Diberi Tugas di Rumah tapi Tak Dibimbing. Diambil kembali dari Detik News

Sekolah Lawan Corona. (2020). Panduan Pembelajaran Jarak Jauh.