Beberapa waktu lalu, imaos sudah pernah menuliskan tentang toxic relationship dalam keluarga. Ada banyak sikap toxic yang membawa hubungan menjadi tidak menyenangkan dan positif. Artikel ini mungkin sedikit memiliki kemiripan, yakni toxic friendship atau hubungan pertemanan yang membawa dirimu menjadi tidak baik.
Hal ini perlu kalian sadari bahwa tidak semua teman-teman kita memiliki value yang sama dalam menjalani hidup ini. Ada yang memiliki banyak ambisi, ada juga yang biasa-biasa saja. Ada teman yang suka menjatuhkan, tapi ada juga teman yang selalu baik kepada kita. Itulah pertemanan.
Dalam toxic friendship ini, hubungan pertemanan mungkin terlihat baik-baik saja. Namun, pertemanan itu menjadi toxic saat teman-temanmu tidak bisa memberikan kenyamanan pikiran dan perasaan. Berikut adalah ciri-ciri jika kamu dalam keadaan toxic friendship.
Merasa Dibela Saat Patah Hati
Fenomena ini mungkin bisa disadari bisa juga diabaikan. Salah satu bentuk toxic friendship suka melihat teman susah mungkin dianggap biasa oleh banyak orang.
Misal, saat kamu depresi setelah putus cinta justru teman-temanmu mencoba mencari tahu siapa yang salah dan siapa yang benar. Mereka berupaya untuk menemukan kesalahan dari hubungan kalian lalu menyalahkannya.
Hal ini sangat toxic karena sebenarnya sebuah hubungan itu memiliki status pribadi. Orang lain tidak perlu tahu tentang siapa yang salah dan siapa yang benar. Teman yang baik cukup menemani teman yang patah hati tanpa harus mencari informasi di ranah pribadi.
Toxic Friendship Suka Bermain Drama
Bermain drama adalah hal yang sering dilakukan oleh teman-teman kita yang toxic. Hal ini mungkin sering terlihat tetapi tidak disadari juga oleh orang-orang sekitar bahwa itu adalah perilaku yang toxic.
Misal, kamu melihat temanmu ada yang putus cinta. Lalu, teman-teman lainnya mencoba mencari tahu siapa yang salah dari penyebab putus cinta itu. Setelah itu, teman-temanmu mencoba feed the feeling orang yang sedang patah hati tanpa tahu apa yang terjadi.
Hal ini mungkin bisa diilustrasikan saat perpisahan Gisel dan Gading. Banyak netizen ingin tahu siapa yang bersalah? Kenapa bercerai? Bagaimana anaknya? dan lain sebagainya.
Padalah, netizen ini tidak perlu tahu kenapa Gading dan Gisel bercerai. Mereka tidak perlu tahu siapa yang salah dalam hubungan keluarga orang. Mereka juga tidak perlu membela salah satu dari pasangan yang bercerai.
Hanya saja, perilaku seperti netizen ini banyak di sekliling kita. Oleh karena itu, kalian harus berhati-hati agar tidak terjebak dalam toxic friendship seperti itu. Sikat seperti itu bukanlah bentuk peduli tetapi sikap seperti itu hanya sekadar cari-cari informasi.