Tinggal sendiri kala isolasi pandemi Corona ini bisa menjadi hal yang menyebalkan. Mau bagaimanapun juga, manusia adalah makhluk sosial. Meskipun seseorang adalah seorang introvert yang memang menikmati kesendirian, lain hal ketika dihadapkan dengan situasi yang dipaksa untuk sendiri. Seorang introvert saja bisa merasa gundah dengan kesendirian, apalagi orang yang terbiasa bersosialisasi.
Namun demikian, isolasi atau social distancing yang digalakkan oleh pemerintah kala pandemi Corona ini bertujuan agar masyarakat tidak tertular lebih jauh. Guna menjaga kesehatan diri dan orang lain, mau tidak mau kita harus mengisolasi diri.
Banyak orang yang memilih untuk segera mengungsi ke tempat tinggal orang tua atau keluarga mereka sesegera mungkin guna mencegah harus terkurung sendirian. Namun bagaimana ceritanya jika kamu tinggal sendiri kala isolasi ini? Sedangkan situasi tidak memungkinkan untuk bisa menggantungkan diri pada orang lain? Bagaimana jika kamu jatuh sakit dan tidak ada yang bisa membantu?
Generasi muda dan masyarakat yang tinggal di perkotaan lebih rentan merasa sendiri kala isolasi
Menurut survei yang dilakukan di Australia, generasi muda dan masyarakat perkotaan lebih umum tinggal sendiri dan juga sulit beradaptasi tanpa kegiatan sosial.
Generasi muda
Mengapa generasi muda? Generasi muda yang dimaksud di sini adalah mereka yang sudah selesai pendidikan, sudah hidup mandiri, namun belum atau baru berkeluarga. Karena sejalan dengan stereotip kehidupan masa muda yang penuh energi, banyak pandangan bahwa kehidupan generasi muda dipenuhi dengan interaksi sosial, baik itu secara langsung atau lewat dunia maya.
Ketika terjadi perubahan total, seperti isolasi pandemi ini, orang-orang muda yang tinggal sendiri dipercaya lebih sulit untuk beradaptasi dan lebih rentan merasakan stres, bosan, cemas, hingga depresi. Generasi muda yang masih melakukan pencarian jati diri dengan berfokus ke passion dan profesi atau pekerjaan mereka biasanya lebih sulit ketika harus berdiam diri.
Masyarakat perkotaan
Lalu mengapa masyarakat perkotaan? Tidak seperti kehidupan pedesaan atau pinggiran kota yang tinggi akan rasa kekeluargaan, srawung, dan kehidupan bertetangga yang harmonis, masyarakat perkotaan cenderung lebih terisolasi dan individualistis. Hal ini berpengaruh kala isolasi pandemi seperti ini. Setidaknya sebelum isolasi, rasa sendiri meskipun tinggal sendiri bisa diatasi dengan mengikuti kegiatan sosial di luar tempat tinggal. Namun dengan adanya isolasi ini, pilihan mereka yang tinggal di perkotaan dengan bisingnya kehidupan metropolitan tentunya lebih terbatas. Karena adanya isolasi, kehidupan sosial di luar rumah menjadi nihil.
Cara memperbaiki mood bila kamu tinggal sendiri saat isolasi
Paparan di atas tentunya memiliki efek yang buruk, terutama bagi kesehatan mental. Meskipun masih ada pilihan media sosial, namun belum tentu media sosial selalu mengandung konten positif. Paparan informasi yang berlebihan juga bisa membuat stres. Oleh karena itu, kamu yang tinggal sendiri kala isolasi pandemi Corona ini perlu mengetahui cara untuk mengontrol emosi dan memperbaiki mood.
Dr Michele McDowell, sebagaimana dilansir dari Metro.co.uk, menjelaskan bahwa ada 4 area yang bisa diperhatikan guna memperbaiki mood, yakni:
1. Koneksi
Yakni memastikan kamu tetap berhubungan dan berbagi kabar dengan orang-orang terdekat meski dari jarak jauh. Selalu beri kabar terkait kondisi diri kamu. Kamu juga tetap bisa membuka kesempatan untuk berkenalan dengan orang baru lewat dunia maya, baik itu media sosial atau game online. Jika kamu single, mungkin masa isolasi ini bisa dimanfaatkan untuk mencari pasangan.
2. Struktur
Yakni memberi struktur terhadap rutinitasmu yang baru, baik itu hobi, olahraga, belajar, hingga aktivitas harian seperti membersihkan kamar, mencuci baju, dan lain-lain. Cobalah untuk menyusun jadwal agar kamu tidak kehilangan rutinitas.
3. Ketenangan
Yakni memastikan dirimu tidak panik dan tidak paranoid karena tinggal sendiri. Beri ruang dalam keseharianmu kala isolasi dengan kegiatan yang tenang. Kamu bisa mencoba meditasi atau semacamnya.
4. Pengembangan diri
Yakni memanfaatkan masa sendiri ini untuk terus mengembangkan diri. Kamu bisa mencoba menulis jurnal harian, atau mempelajari hal baru. Misalnya belajar bahasa asing atau semacamnya.
Terapkan ke-4 area ini dengan seimbang dan jangan batasi kreativitasmu. Beri dirimu sendiri gol dalam hidup selama tinggal sendiri kala isolasi pandemi ini.
Hal-hal yang menjadi tanda bahwa kamu tidak baik-baik saja
Di sisi lain, ada kalanya kamu tetap tidak merasa baik-baik saja. Tinggal sendiri kala isolasi mulai terasa terlalu berat. Kamu harus memperhatikan diri sendiri. Berikut adalah beberapa tanda-tanda yang menunjukkan bahwa dirimu mulai tidak bisa mengatasi beban isolasi sendirian menurut Dr Galyna Selezneva, seorang psikolog dan dokter kecantikan:
- Menurunnya kepedulian terhadap kebersihan diri atau personal hygiene
- Nafsu makan yang berkurang
- Sering ngemil makanan ringan yang tidak bernutrisi
- Sulit tidur atau jam tidur yang tidak teratur
- Sering merasa lelah dan malas bergerak
Dr Selezneva juga menyarankan untuk tidak beralih ke alkohol atau obat-obatan terlarang meski kamu merasa down dan sangat bosan. Selain membahayakan kesehatan (apalagi kamu tinggal sendiri), efeknya juga buruk bagi kesehatan mental.
Hadapi tantangan tinggal sendiri kala isolasi dengan cara yang sesehat mungkin. Sisanya tinggal bersabar dan menanti pandemi ini berakhir. Semoga kamu sehat selalu.
Referensi
Abgarian, A. (2020, April 4). How to cope with self-isolation when you live alone. Diambil kembali dari Metro
Asher, N. (2020, April 2). Coronavirus isolation measures taking toll on people who live alone. Diambil kembali dari ABC News
Slawson, N. (2020, Maret 16). Coronavirus Has Made Me Feel More Single Than Ever. Diambil kembali dari Refinery29