Penting untuk membuah sang buah hati merasa dipercaya dan didengarkan oleh orang tua.

“Behind every young child who believes in himself is a parent who believed first.”

– Matthew Jacobsen

Anak adalah cerminan orangtua. Apa yang dilakukan orangtua—baik maupun buruk—akan cenderung dicontoh oleh sang anak. Sama halnya dengan kepercayaan, antara orangtua dan anak terdapat hubungan timbal-balik. Artinya, jika orangtua ingin anak merasa didengarkan dan dipercaya, maka orangtua juga perlu percaya pada anaknya. Itulah kira-kira makna dari kutipan di atas.

Kepercayaan penting untuk dibangun dalam hubungan orangtua-anak. Dalam kehidupan masa kecilnya, anak akan menempuh dinamika hidup yang penuh dengan warna, baik itu tawa bahagia atau tangisan penuh luka sekalipun. Patah hati karena putus cinta bisa jadi salah satunya. Saat hati anak dilukai, pastinya orangtua akan turut sakit hatinya.

Menjadi pendengar yang baik merupakan salah satu kiat dalam membantu anak melewati masa-masa sedihnya. Namun tidak semua orangtua mau mendengarkan dan tidak semua anak mau bercerita. Dalam artikel ini, kami akan membagikan beberapa strategi yang dapat orangtua terapkan agar sang anak bisa menanam kepercayaan ke orangtua. Dengan tumbuhnya rasa percaya yang tinggi, niscaya anak akan dengan mudah membagikan segala kerisauan hatinya.

Hasil pencarian di Google menunjukkan bahwa membangun kepercayaan termasuk dalam 5 nilai moral yang paling diharapkan dari seorang individu. Berikut adalah beberapa jalan guna terbangunnya kepercayaan antara orangtua dan anak:

1. Berbicara jujur dan lugas agar anak merasa didengarkan

Kejujuran merupakan elemen terpenting dalam membangun kepercayaan. Kata-kata maupun tindakan yang bersifat manipulatif berisiko menanamkan keraguan dalam benak anak, yang akhirnya akan mengurangi rasa percaya anak pada orangtuanya.

2. Menaati komitmen yang dibuat

Salah satu bentuk menaati komitmen ialah menepati janji. Agar anak mudah percaya, orangtua harus berusaha sebisa mungkin untuk selalu menepati janjinya. Anak memiliki kemampuan untuk membaca sinyal-sinyal saat orangtua mencoba mencari-cari alasan. Jika Anda tidak mampu untuk menepati komitmen yang Anda buat, hindari membuat alasan dan jujurlah pada anak Anda. Berikan alasan yang jelas dan jujur agar anak Anda mengerti.

3. Buat anak merasa didengarkan terlebih dahulu

Orangtua harus memahami bahwa tidak semua cerita memerlukan respon; tidak semua masalah membutuhkan solusi; dan tidak semua tanya membutuhkan jawab. Terkadang anak berbagi hanya untuk didengar. Yang penting untuk dilakukan orangtua adalah untuk tidak sekadar mendengar tapi juga memperhatikan. Berikan anak perhatian penuh, dan berikan komentar seperlunya atau hanya jika diminta.

4. Menghargai dan menghormati

Berkaitan dengan poin sebelumnya, menghargai buah hati artinya memberikan perhatian penuh pada anak agar ia merasa didengarkan. Tunjukkan bahwa anak berharga bagi Anda. Ketahuilah bahwa meskipun belum dewasa secara usia, sejak kecil anak sudah memiliki kesadaran akan martabatnya. Anak bisa merasa kecewa apabila diremehkan atau merasa tidak cukup dihormati. Jangan pernah menyepelekan anak hanya karena usia yang lebih muda.

5. Tunjukkan transparansi informasi

Usahakan untuk selalu memberikan informasi yang baik kepada anak. Jika Anda merasa anak tidak mampu mencerna informasi yang Anda berikan, maka jelaskanlah kepada anak mengenai alasan mengapa informasi tersebut tidak bisa dibagi. Karena semakin Anda menutup informasi, maka semakin besar kemungkinan anak akan bingung dan berujung pada ketidakpercayaan.

Berbeda dengan kisah Bandung Bondowoso yang membuat 1000 candi untuk Roro Jonggrang, membangun kepercayaan tidak bisa rampung dalam waktu semalam. Nikmati proses ini bersama anak Anda dengan interaksi yang berkualitas. Namun, karena membutuhkan waktu yang tidak sedikit, itu artinya kepercayaan tersebut tidak akan runtuh dengan mudah.

Pahamilah betapa pentingnya mendengarkan dan didengarkan, juga mempercayai dan dipercayai bagi sang buah hati, terutama dalam hubungan keluarga. Karena sejatinya orangtua butuh dipercaya, dan anak butuh didengarkan.

References

Sehgal, V. (2017, July). 5 Strategies for Building Trust with Your Child. Retrieved July 17, 2019, from Wisdom Times