Apabila kalian adalah orang tua, saya ucapkan selamat. Tidak semua pasangan suami istri dikaruniai seorang anak. Tapi, jika kalian memiliki anak yang sulit diatur dan sering membuat kalian marah, maka belajarlah untuk meredam emosi.
Kita harus bisa memahami bahwa anak-anak berada di proses pertumbuhan, baik fisik maupun mental. Oleh karena itu, tidak semua anak akan bisa memahami apa yang kamu pikirkan dan rasakan. Mereka hanya akan memahami apa yang dilihat dan dirasakan sendiri.
Psychology Today sempat menjelaskan beberapa dampak yang bisa muncul akibat emosi yang berlebihan. Baik itu emosi kepada diri sendiri maupun emosi kepada orang lain. Terlebih lagi jika emosi kalian memberikan dampak yang tidak baik kepada anak. Hal itu akan sangat disayangkan.
Emosi Tinggi, Anak Mengcopy
Bagi orang tua yang sibuk dengan pekerjaan di kantor, pulang ke rumah adalah tujuan untuk beristirahat. Tapi, jika keadaan rumah tidak sesuai yang diharapkan bisa menimbulkan rasa jengkel yang memantik emosi.
Hal sesederhana anak mencoret-coret tembok saja bisa menjadi pemantik emosi. Belum lagi ruangan yang berantakan oleh mainan anak. Belum lagi, jika anak tidak mau diminta untuk membereskan semua mainannya. Rasa lelah yang dibawa ke rumah bisa menjadi rasa marah kepada orang-orang yang ada di rumah.
Emosi tinggi atau ekpresi marah yang meledak di depan anak dapat menstimulus anak untuk mengcopy perilaku orang tua yang dilihatnya. Anak-anak belum bisa memahami pikiran dan perasaan. Mereka hanya bisa mencoba memahami apa yang diamati.
Dengan kata lain, bisa dikatakan bahwa butuh 1000 kali nasihat kepada anak tetapi hanya butuh 1 kali anak melihat. Oleh karena itu, tim imaos.id menelusuri bagaimana cara meredam emosi agar tidak sampai terlihat anak-anak.
Meredam Emosi dengan Diskusi
Untuk para orang tua yang baik, diskusi dengan anak bisa menjadi solusi kalian untuk meredam emosi. Memang, seharian bekerja sangat menguras banyak tenaga dan pikiran. Rumah adalah tujuan untuk melepas rasa lelah dengan istirahat dan bercengkerama bersama keluarga.
Terkadang untuk bisa berdiskusi tentang apa yang diinginkan orang tua kepada anak serasa berat dilakukan. Ekspektasi untuk bisa langsung istirahat selalu diharapkan semua pekerja sesampainya di rumah. Tapi, kalian perlu ingat jika apa yang kita inginkan belum tentu sesuai dengan keadaan. Apa yang kita mau belum tentu orang lain paham.
Namun, rumah bukan hanya sekadar bangunan. Rumah juga seluruh isi dalam bangunan tersebut. Ada anak-anak yang hidup bersama. Dengan emosi, kalian belum tentu bisa mendapatkan ekspektasi. Tapi dengan diskusi, mungkin bisa memberikan sedikit pengertian kepada anak-anak kalian yang ada di rumah.
Tidak perlu diskusi layaknya suatu forum ilmiah. Cukup ajak anak kalian berbincang layaknya mereka paham. Meskipun, mereka tidak akan bisa memahami sepenuhnya apa yang kalian mau. Tapi, mengajak anak diskusi tentang apa yang kita mau akan memberikan contoh yang baik untuk anak-anak.
Mereka akan belajar saling menghargai daripada saling menghakimi. Anak-anak akan mengcopy perilaku yang kita contohkan di rumah agar mereka terapkan di rumah maupun di luar rumah. Mereka akan bisa memahami seiring berjalannya waktu.