Mengenalkan nilai-nilai agama pada anak-anak sejak dini sangat penting untuk dilakukan oleh orang tua. Harapannya, dengan membekali anak dengan ilmu agama, dia benar-benar bisa membedakan mana yang benar dan mana salah. Ajaran agama penting untuk dikenalkan pada anak sejak dini, karena agama tidak hanya berisikan tentang tata cara ritual saja, namun juga mengajarkan etika dan moral.
Harapannya, dengan mengenalkan agama pada anak sejak dini, dia dapat tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang bermoral dan berbudi pekerti luhur. Anak tidak hanya menjadi orang yang cerdas secara intelektual saja, melainkan dia juga dapat berperilaku baik terhadap orang lain dan lingkungannya.
Lalu kapan waktu yang tepat untuk mengenalkan nilai-nilai agama pada anak dan bagaimana tahapannya?
Mengenalkan Agama pada Anak Usia 4-6 Tahun
Fams bisa mengenalkan nilai-nilai agama pada anak saat usianya mengnijak 4-6 tahun. Menurut Wendy Thomas Russell, penulis buku “Relax, It’s Just God: How and Why to Talk to Your Kids about Religion When You’re Not Religious”, pada usia 4-6 tahun anak sudah bisa diajak berdiskusi dan mulai sadar akan konsekuensi dari tindakannya.
Fams bisa memulai untuk menanamkan nilai-nilai kejujuran pada anak. Beri pengertian bahwa berbohong akan mendatangkan masalah bagi anak. Meski begitu, orang tua juga harus menjadi contoh yang baik bagi anak soal bersikap jujur. Usahakan untuk tidak menyepelekan janji pada anak. Orang tua hendaknya jangan marah saat anak berkata jujur, agar anak memahami bahwa jujur merupakan hal yang baik. Selain itu, Fams juga bisa mulai mengajarkan anak untuk bertutur kata yang santun, baik dengan orang yang lebih tua maupun teman sebaya.
Selain tutur kata yang santun dan sikap jujur, poin penting lainnya dari agama adalah ibadah. Fams bisa mulai mengenalkan agama pada anak dengan cara mengajarkan doa-doa pendek, misalnya doa sebelum dan sesudah makan. Di usia ini, Fams tidak perlu memaksa anak untuk melaksanakan ritual ibadah secara rutin.
Meski begitu, Fams sesekali bisa mengajak si kecil untuk beribadah bersama. Misalnya, jika Fams beragama Islam, Anda bisa sesekali mengajak si kecil pergi ke masjid untuk salat Jumat. Meski di masjid si kecil tidak akan mengikuti ritualnya atau malah cenderung sibuk sendiri, cara ini bisa jadi langkah awal untuk mengenalkan si kecil pada kewajiban sembahyang.
Usia 7-8 Tahun
Pada usia 7-8 tahun adalah saat anak masuk Sekolah Dasar. Anak akan mengenal agama lebih dalam melalui mata pelajaran Pendidikan Agama di sekolah. Pada usia ini, anak biasanya sudah mampu memahami persamaan dan perbedaan satu agama dengan agama lainnya. Ini adalah kesempatan yang bagus untuk mengajarkan tentang keberagaman dan toleransi (link to Mengantisipasi Intoleransi Beragama Sejak Dini).
Usia 9-11 Tahun
Pada usia ini anak biasanya sudah mulai akrab dengan agama. Bahkan topik tentang agama akan menjadi hal umum yang ia dengar baik di dalam atau di luar rumah. Oleh karena itu, ini bisa menjadi saat yang tepat untuk mengajarkan tentang agama secara lebih mendalam. Pada usia ini anak sudah bisa diajari tentang tata cara ritual, konsep iman, konsep surga dan neraka, serta adab dan akhlak berdasarkan kitab suci dari agama yang Fams anut.
Mengenalkan Agama pada Anak Remaja Dewasa
Berlanjut hingga usia remaja dan dewasa, mengenalkan agama pada anak tidak hanya bisa dilakukan dari rumah dan sekolah saja. Pendidikan agama bisa anak peroleh melalui rumah-rumah ibadah seperti masjid dan gereja, lingkungan, dan internet.
Sayangnya, tidak setiap sumber dapat memberikan pemahaman yang baik dan benar tentang agama. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk terus mengawasi proses anak dalam mempelajari agama.
Jangan ragu untuk mengajak anak berdiskusi tentang agama. Melalui diskusi, orang tua bisa langsung mengetahui seandainya ada pemahaman anak yang salah tentang agama. Dengan demikian, orang tua bisa langsung meluruskan pemahaman anak yang salah terhadap agama.
Referensi:
Lesley, Alison. 24 Agustus 2015. At What Age Should You Introduce Religion to Your Children?
CNN Indonesia. 15 Mei 2018. Peran Keluarga untuk Tangkal Sebaran Radikalisme Pada Anak.