Penulis: Hadafi Farisa

Editor: Bernadeta Diana

Bulan Ramadan merupakan bulan yang penuh kebaikan bagi umat Islam di penjuru negara. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk mendapatkan pahala dari kebaikan-kebaikan yang dilakukan selama bulan tersebut. Misalnya berbagi takjil buka puasa kepada orang-orang yang sedang berpuasa, melaksanakan ibadah tarawih di malam hari, serta kebaikan-kebaikan lain. Pada bulan tersebut, ada kesempatan emas bagi orang tua untuk membiasakan anak berbuat baik.

Salah satu perbuatan baik yang bisa diajarkan kepada anak yaitu berbagi. Sifat anak kecil yang terlalu posesif terhadap barang yang dimiliki menandakan orang tua perlu mengajarkan makna berbagi kepadanya. Memang belum tentu hal tersebut merupakan sebuah sifat anak, melainkan pertanda belum matangnya pola pemikiran anak. Mereka belum masuk tahapan bisa memaknai sesuatu kejadian. Namun, tak ada salahnya juga orang tua mengajarkan arti berbagi terhadap sesama manusia sejak dini.

Mengenal Emotional Intelectual Quotient

Kecerdasan berpikir (IQ) anak bukan satu-satunya komponen yang penting diasah. Ada pula kecerdasan emosional (EQ) yang perlu dikembangkan juga agar anak paham cara berempati terhadap orang lain. Setiap anak memiliki batas atau ambang dari kedua hal itu. Baik IQ maupun EQ, keduanya bisa dipertajam dengan pemberian stimulus/rangsangan sejak mereka berusia dini. Contohnya, mengasah IQ dengan membaca/menonton dan mengembangkan EQ dengan mengajarkan berbagi.

EQ atau Emotional Intelectual Quotient merupakan gambaran mengenai kemampuan seseorang dalam mengatur emosi. Kecerdasan emosi yang baik ditandai dengan kemampuan anak dalam mengelola emosi, menerima diri, dan lebih empati terhadap orang lain. Sebuah studi yang dikutip dari laman id.theasianparent.com menyebutkan jika balita yang memiliki kecerdasan emosi baik akan lebih sukses. Saat dewasa mereka cenderung memiliki kemampuan baik dalam hal kerjasama dan mengikuti arahan/peraturan. Selain itu mereka yang memiliki kecerdasan emosi baik cenderung terhindar pada kecemasan dan depresi.

Anak yang memiliki kecerdasan emosi baik ditandai oleh beberapa hal. Mereka biasanya mampu mengenali emosi lebih baik dibandingkan orang lain. Ketika mereka kehilangan barang yang disukai, mereka bisa berkata, “Aku sedang sedih”. Selain itu, anak yang memiliki kecerdasan emosi yang baik lebih bisa berempati terhadap orang lain. Misalnya, ia akan tersentuh ketika melihat teman sebayanya mengamen di pertigaan lampu merah. Ia juga bisa mengambil inisatif untuk berbagi pada pengamen-pengamen tersebut.

Mengembangkan EQ Lewat Berbagi

Bulan Ramadan identik dengan ajakan berbagi. Mengajak anak untuk berbagi di bulan yang baik ini menjadi salah satu cara orang tua dalam mengasah kemampuan emosional anak. Sebetulnya banyak cara yang bisa dijadikan contoh berbagi untuk anak. Orang tua bisa melibatkan anak dalam bakti sosial di panti asuhan, memberikan hadiah atau bingkisan kepada anak-anak yatim piatu, atau menyiapkan menu buka puasa/sahur kepada orang lain yang sedang berpuasa. Ajak anak untuk berinteraksi langsung melalui kegiatan tersebut sehingga dia dapat merasakan empati yang lebih nyata dibandingkan hanya menerima nasihat saja. Harapannya, melibatkan anak dalam kegiatan secara langsung akan lebih efektif.

Sebelum orang tua mengajarkan cara nyata berbagi, jangan lupa untuk tetap memberikan informasi atau nasihat-nasihat pada anak. Nasihat itu juga penting sebagai informasi awal bagi anak. Kita tentu boleh memberikan contoh nyata, namun langkah sebelumnya anak juga perlu informasi. Hal ini dilakukan agar konsep berbagi kepada anak diterima secara utuh melalui informasi sebelumnya yang disampaikan orang tua, lalu dipraktikkan lewat aksi nyata.

Referensi:

www.halodoc.com/jadikan-ramadan-momen-untuk-ajarkan-anak-berbagi