Penulis: Hadafi Farisa

Editor: Bernadeta Diana

Kasus-kasus intoleransi yang kerap kali diberitakan lewat berbagai media elektronik wajib mendapat perhatian serius para orang tua. Sebut saja berita soal penolakan warga baru oleh seorang kepala dusun di kawasan Bantul, Yogyakarta lantaran berbeda agama dengan mayoritas warga setempat..Tak cukup sampai di situ, pada 2018 bahkan terjadi  beberapa kasus kekerasan terkait agama oleh oknum-oknum tak bertanggung jawab. Misalnya kasus teror di Gereja Lidwina Februari tahun lalu yang sempat ramai menjadi bahan perbincangan. Meski anak kita masih berusia cukup dini, pemahaman mendasar perihal toleransi tentu dapat mencegah kasus-kasus tersebut terjadi lagi di kemudian hari.

Memperkenalkan dan Menerima Keberagaman

Sebagaimana kita tahu, sejatinya negara Indonesia merupakan negara multikultural. Berbagai suku dan etnis mewarnai keberagaman budaya Indonesia sehingga pendidikan mengenai toleransi mutlak perlu diajarkan. Toleransi merupakan perilaku menghargai segala perbedaan yang timbul antara seseorang dengan orang lain. Jika digali lebih jauh, dasar dari toleransi adalah keberagaman untuk saling menghormati satu sama lain. Pendidikan toleransi yang dilakukan dalam masa tumbuh kembang anak sangat berperan membentuk kepribadian mereka.

Mengajarkan sikap toleran kepada anak dimulai dengan memperkenalkan dan menyadari adanya perbedaan di lingkungan sekitar. Contoh paling mudah yang dapat dipahami oleh anak adalah perbedaan dalam ritual serta tempat ibadah masing-masing agama. Umat Islam menjalankan ibadah dalam bentuk salat, sementara umat Kristen dan Katolik pergi ke gereja setiap hari Minggu. Ketika tengah bepergian bersama dan kebetulan melewati tempat ibadah seperti pura, kelenteng, atau wihara, orang tua dapat pula memperkenalkan tempat-tempat tersebut pada anak lewat obrolan.

Memperkenalkan keberagaman pada anak dapat pula dilakukan dengan bantuan media seperti video yang diakses lewat gawai dan koneksi internet. Selain mengetahui perbedaan agama, anak juga perlu tahu betapa beragamnya suku serta budaya yang ada di Indonesia. Selanjutnya, tanamkan bahwa perbedaan tersebut tidak boleh dijadikan sebagai patokan dalam memilih teman.

Anak juga perlu tahu batasan mengenai apa yang seharusnya atau tidak seharusnya dia ucapkan di hadapan orang lain. Misalnya seorang anak tak boleh mengejek teman mereka yang  mempunyai warna kulit berbeda. Pembelajaran ini sebetulnya perlu disesuaikan dengan usia anak, lebih tepatnya pemahaman anak terhadap kata atau frasa. Seorang Psikolog Anak, Anna Surti, disadur dari laman kompas.com menyebutkan jika anak usia enam tahu sudah mengetahui makna kata yang diucapkan, termasuk baik atau tidak. Ini artinya, di usia tersebut, orang tua perlu mengajari anak soal batasan-batasan dalam bergaul. Termasuk memperkenalkan tindakan serta ucapan yang dapat menyakiti perasaan orang lain.

Mendukung Toleransi dengan Tindakan

Sebuah studi yang dilansir dari laman okezone.co mejelaskan pentingnya lingkungan yang mendukung untuk anak bersikap toleran. Studi oleh Gordon Allport, ilmuwan Psikologi menyampaikan jika anak yang tinggal di rumah dengan suasana mendukung dan penuh kasih sayang memiliki kecenderungan anak menjadi toleran. Hal ini terjadi karena anak merasa diterima, disambut, dan dicintai oleh orang-orang di sekitar mereka. Dengan demikian, si kecil pun akan terbiasa memperlakukan sesamanya dengan penuh kasih sayang pula.

Tak kalah penting dari dukungan yang ditunjukkan, orang tua perlu memberi teladan perilaku toleran di hadapan anak langsung. Sebab, anak belum tentu berhasil dalam memahami perilaku yang baik dan buruk dihadapan orang lain. Anak usia kanak-kanak masih senantiasa meniru perilaku orang-orang yang berada di lingkungannya. Tunjukkan bahwa kita tetap bisa akrab dan berbaur dengan saudara yang memiliki perbedaan suku maupun keyakinan.

Referensi:

http://lifestyle.okezone.com/read/2010/01/22/196/296724/ajarkan-toleransi-sejak-dini

http://www.parenting.co.id/usia-sekolah/mengapa-perlu-tumbuhkan-toleransi-pada-anak-

http://lifestyle.kompas.com/read/2017/06/08/202300620/menumbuhkan.sikap.toleransi.sejak.dini

https://nasional.tempo.co/read/1192220/kepala-dusun-bantul-minta-maaf-soal-larangan-non-muslim-tinggal

https://www.idntimes.com/news/indonesia/rochmanudin-wijaya/linimasa-kasus-intoleransi-dan-kekerasan-beragama-sepanjang-2/full