Keluguan seorang anak kerap membuatnya sulit menyadari kapan harus minta maaf.
“Yang kamu lakukan ke saya itu jahat,” ujar Cinta pada Rangga. Cinta terluka. Tapi seiring filmnya berjalan, kita menyaksikan bagaimana Rangga berulang kali meminta maaf dan Cinta akhirnya memaafkan.
Potongan adegan dari film AADC 2 di atas merupakan momen yang sangat ikonik dan membekas bagi siapapun yang menyaksikannya. Sayangnya, memaafkan maupun minta maaf tidak semudah seperti yang terjadi di film.
Tingginya ego dan dan rasa sakit hati yang mendalam kerap menjadi alasan seseorang sulit minta maaf maupun memaafkan. Tidak hanya orang dewasa, anak kecil juga sangat mungkin tersakiti hatinya. Ketika seorang teman atau anggota keluarga melakukan hal yang tidak baik, sangat wajar ketika anak merasa terluka, marah, atau bahkan dendam. Bagi anak, memaafkan itu sulit. Terkadang untuk bisa memaafkan, seseorang harus menyaksikan rasa bersalah atau permintaan maaf langsung dari si pembuat salah.
Itulah mengapa penting untuk mengajarkan anak untuk minta maaf sejak dini. Sebagai bagian dari ajaran moral, kemampuan melontarkan kata maaf merupakan modal penting di aspek kehidupan manapun. ‘Maaf’ merupakan satu dari sekian ungkapan penting dalam kehidupan, selain kata ‘tolong’ dan ‘terima kasih’.
Anak perlu tahu pentingnya minta maaf
Faktanya, meminta maaf bisa jadi sulit dilakukan oleh seorang anak. Hal ini seringkali terjadi karena anak tidak menyadari bahwa ia melakukan sebuah kesalahan. Terkadang, meski anak sudah menyadari kesalahannya, minta maaf tetap sulit dilakukan karena anak tidak tahu kapan persisnya kata maaf harus dilontarkan.
Orang tua perlu mengajarkan pada anak bahwa sebuah permintaan maaf mampu membuat anak merasa lebih bahagia, lebih sehat, dan merasa lebih baik. Untuk bisa belajar minta maaf dengan cara yang tepat, seorang anak harus diajari kepekaan, empati, bertutur sopan, serta menjadi penyabar.
Mengajari kepekaan
Pertama, anak harus belajar untuk peka dan menyadari kesalahannya. Kata ‘maaf’ memang terdengar mudah untuk dilafalkan, namun apakah anak paham maknanya? Dalam satu titik di hidupnya, pasti anak pernah mendengar dan mengucap minta maaf, namun anak perlu diberi pemahaman akan arti dari kata tersebut.
Jika kata maaf diucapkan karena anak tahu bahwa mereka bersalah, itu artinya anak sadar akan kesalahannya dan paham arti kata maaf. Hasilnya, anak tidak akan terus-menerus merasa bersalah. Orang tua perlu mengajarkan pada anak bahwa minta maaf merupakan perilaku yang menyembuhkan kedua belah pihak, baik itu yang disakiti atau yang menyakiti. Sebuah permintaan maaf secara tidak langsung menyampaikan bahwa, “aku tahu aku menyakitimu dan aku menyesali itu.”
Menanam rasa empati
Kedua, anak harus bisa berempati. Dengan berempati, anak mampu merasakan apa yang orang lain rasakan, khususnya ketika ia menyakiti orang lain. Ketika anak dipaksa untuk minta maaf oleh orang tuanya, banyak anak yang akhirnya melakukan permintaan maaf hanya agak tidak ditegur oleh orang tua. Untuk membangun empati pada anak, orang tua perlu mengajarkan anak untuk bisa dipercaya, bertanggung jawab, serta mampu menyadari di mana kesalahannya.
Ketika anak berbuat salah, diskusikan dengan anak mengenai konsekuensi atas perbuatannya. Tanyakan pada anak “Apa yang kamu lakukan sehingga temanmu tersakiti?”, “Apa yang kamu rasakan setelah tahu temanmu sakit hati?” Ketika anak mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, artinya anak mungkin mulai bisa turut merasakan rasa sakit yang ia timbulkan pada orang lain.
Bertutur dan berbahasa baik
Ketiga, anak perlu diajari bagaimana menyusun bahasa yang baik untuk minta maaf. Meskipun sederhana, terkadang kalimat “Maafkan aku” saja tidak cukup. Ajari anak untuk lebih spesifik dalam mengucapkan maaf. Contohnya, “Maaf, tadi aku mengambil mainanmu. Aku mau bermain juga, tapi aku malas menunggu giliran. Lain kali aku akan minta izin dulu dan tidak akan langsung merampas mainanmu seperti tadi.”
Menjadi penyabar
Keempat, ajari anak untuk bersabar. Permintaan maaf tidak perlu dilakukan dengan segera. Terkadang anak perlu waktu untuk mendinginkan kepala dan merefleksikan perbuatannya. Berikan anak waktu untuk memproses pikirannya dan apa yang ingin ia lakukan. Ketika anak sudah lebih tenang, tuntun anak untuk mencari solusinya.
Inti dari mengajari anak minta maaf bukanlah permintaan maafnya, melainkan mengajari anak untuk memahami konsekuensi atas perbuatannya dan memicu keinginan anak untuk memperbaiki sebuah kesalahan.
Referensi
Dress, A. (2017). How to Get Your Kid to Apologize (and Mean It!). Diambil kembali dari Parents.
Philpott, S. (2013, March 5). Teaching Children to Apologize. Diambil kembali dari Mom.com