Mewabahnya virus Corona atau COVID-19 membuat banyak orang waspada, takut, hingga paranoid. Waspada jelas perlu dan baik untuk dilakukan dalam kondisi pelik seperti sekarang ini. Takut dalam tingkatan yang normal pun masih wajar. Tapi apakah paranoid itu baik dan wajar?

Paranoid disebabkan ketidaktahuan akan virus Corona

Dalam kondisi wabah Corona ini, banyak perasaan cemas—termasuk takut, waspada, dan paranoid sekalipun—didorong oleh rasa cemas akan minimnya informasi. Virus ini adalah virus baru. Masih banyak pertanyaan mengenai penyakit yang disebabkannya. Banyak orang yang belum pernah terjangkit, dan banyak juga yang bertanya-tanya siapa yang sudah terjangkit. Menurut para ahli, kondisi ini berpengaruh.

Ketika kita memahami mengenai penyakit Corona ini dan memiliki pengalaman pribadi terhadap virus ini, rasa takut dan cemas tentu akan berkurang. Ekspektasi menjadi lebih jelas. Sebagai makhluk sosial, kita bisa membaca dan mendengar informasi, namun hadirnya pengalaman pribadi akan memberikan perbedaan yang signifikan terhadap hadirnya rasa paranoid itu sendiri.

Pengetahuan akan berperan layaknya sebuah desinfektan yang membersihkan perasaan takut dan paranoid akan pandemi Corona ini.

Membedakan waspada, takut, dan paranoid

Apa yang membedakan antara rasa waspada, takut, dan paranoid dalam konteks wabah Corona ini? Secara umum, rasa waspada dan rasa takut merupakan reaksi yang masuk akal terhadap situasi yang wajar.

Sebelumnya, saya akan berikan sebuah analogi.

Waspada adalah ketika teman-teman Anda melihat seekor ular di sebuah jalan. Akhirnya Anda memilih untuk menghindari jalan tersebut atau membawa peralatan darurat jika harus melewati jalan tersebut.

Takut adalah ketika Anda melihat ular di jalan itu dan berlari karena Anda tidak tahu ular itu berbahaya atau tidak.

Paranoid adalah ketika Anda sama sekali tidak mau lagi melewati jalan itu karena Anda tahu ada ular di sana.

Waspada dan takut adalah reaksi terhadap situasi yang sudah terbukti. Situasi yang ancamannya dapat dilihat atau sudah terlihat. Sedangkan paranoid adalah reaksi terhadap situasi yang tidak jelas kejadiannya dan belum ada bukti konkret, dan biasanya tidak memiliki dasar yang kuat atau tidak berdasar sama sekali.

Dalam konteks wabah Corona ini, paranoid adalah ketika Anda begitu panik ketika Anda batuk atau bersin meski hanya sekali. Anda langsung merasa Anda terpapar virus. Anda ketakutan untuk menyentuh barang apapun karena takut terpapar virus. Anda enggan untuk keluar rumah sama sekali. Anda juga enggan untuk berinteraksi dengan orang lain secara langsung. Dalam kasus ekstrem misalnya, Anda menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) hanya untuk berbelanja atau panic buying. Dalam konteks ini, paranoid bisa juga dianggap merugikan orang lain dan dianggap kurang bijaksana.

Sedikit berbeda dengan paranoid, takut dan waspada terhadap Corona merupakan tindakan wajar. Anda mengambil tindakan preventif, namun masih ada ketenangan di sana. Disadari atau tidak, tindakan paranoid ini justru bisa menghasilkan stres yang berlebihan pada tubuh yang justru bisa turut mengurangi imun tubuh.

Beda orang, beda reaksinya

Tidak semua orang memiliki reaksi yang sama terhadap pandemi ini. Ada yang waspada—mereka mencuci tangan setiap sebelum bersentuhan dengan orang lain dengan durasi bermenit-menit. Ada yang puas hanya dengan sekali cuci tangan. Namun ada juga yang paranoid terhadap pandemi Corona ini dan menyetok makanan dan obat-obatan layaknya kiamat akan tiba.

Ketika sebuah informasi hadir secara campur aduk, orang-orang bisa memilih untuk fokus ke bagian baiknya atau buruknya.

Berita baiknya adalah, bagi sebagian besar orang, penyakit yang disebabkan virus Corona biasanya merupakan penyakit dan gejala ringan yang tidak berkepanjangan, seperti demam, batuk, atau pilek. Berita buruknya, penyakit ini sangat menular dan tidak ada vaksinnya hingga saat ini. Mereka yang tergolong manula atau yang sistem imunnya kurang bagus atau mengidap penyakit kronis biasanya bisa menjadi sangat sakit dan dalam beberapa kasus bisa berdampak kematian.

Bagian mana yang akan diperhatikan oleh orang-orang akan bergantung pada siapa mereka. Masalahnya, ada orang-orang yang terlalu fokus dan berpikiran negatif sehingga hanya menyerap berita buruk saja dan sulit untuk menyerap berita baik. Orang-orang seperti ini yang mungkin akan bersikap paranoid terhadap pandemi Corona ini.

Lantas, bagaimana baiknya bersikap? Mengingat kesehatan mental juga sama pentingnya dengan kesehatan fisik, waspada jelas lebih baik daripada bersikap paranoid. Meskipun sifat paranoid tidak bisa dihilangkan begitu saja, namun bukan berarti Anda tidak bisa mencoba mencari bantuan. Ikuti edaran dari pemerintah. Hubungi layanan cepat (hotline) terkait informasi mengenai pandemi Corona ini. Cobalah untuk mulai fokus juga terhadap berita baik yang beredar. Panik dan paranoid hanya akan membuat Anda stres dan bisa meningkatkan risiko Anda terpapar virus. Semoga Anda sehat selalu.

Referensi

Dastagir, A. E. (2020, Maret 12). The facts on coronavirus aren’t all scary. So why so much fear? Diambil kembali dari USA Today

Parker, K. (2020, Maret 11). There’s a fine line between ridiculous paranoia and sensible caution. Diambil kembali dari The Washington Post