Setiap dari kita tentu sudah umum mendengar peringatan hari ibu. Sebagai seorang anak, hari ibu adalah momen untuk mengungkapkan rasa cinta, rasa terima kasih, kepada sosok Ibu yang telah melahirkan, membesarkan dan membersamai kita dalam kehidupan. Mengucapkan selamat hari ibu setiap tahunya. Tapi apakah kita sudah mengucapkan selamat hari ayah tahun ini?
Hari ibu menjadi hari yang patut untuk kita rayakan, dengan berbagai kegiatan. Tentu saja sebagian besar dari kita sudah hafal secara pasti tanggalnya, dan menjadi salah satu agenda penting dalam membangun kedekatan antar anggota keluarga.
Tetapi berbeda dengan hari ayah! Mungkin sebagian besar orang hari ini belum mengetahui adanya hari ayah, baik itu hari ayah internasional atau pun hari ayah nasional. Nah, khusus hari ayah nasional mungkin memang belum banyak yang tahu, karena masih bisa di bilang baru.
Sejarah 12 November Sebagai Hari Ayah di Indonesia
Hari Ayah lahir atas prakarsa paguyuban Satu Hati, lintas agama dan budaya yang bernama Perkumpulan Putra Ibu Pertiwi (PPIP). Tahun 2014, PPIP mengadakan peringatan Hari Ibu di Solo dengan cara mengadakan Sayembara Menulis Surat untuk Ibu.
Acara tersebut mendapat sambutan cukup baik dan mendapatkan sekitar 70 surat terbaik yang kemudian dibukukan. Usai acara, panitia penyelenggara dibuat terkejut dengan pertanyaan para peserta, ”Kapan diadakan Sayembara Menulis Surat untuk Ayah? Kapan Peringatan Hari Ayah? Kami pasti ikut lagi.” Pertanyaan tersebut menggugah hati untuk mencari tahu kapan Hari Ayah diperingati di Indonesia.
PPIP berusaha mencari informasi tentang hari ayah, hingga audiensi ke DPRD kota Surakarta. Mereka menanyakan kapan hari ayah di Indonesia dan jika belum ada penetapan hari Ayah, bolehkan seseorang atau lembaga menetapkan sebuah hari yang dijadikan sebagai Hari Ayah.
Namun ketika itu PPIP tak mendapatkan jawaban memuaskan. Hingga akhirnya, setelah melalui kajian yang cukup panjang, Perkumpulan Putra Ibu Pertiwi menggelar deklarasi Hari Ayah untuk Indonesia dan menetapkan tanggal 12 November sebagai Peringatan Hari Ayah Nasional. Deklarasi tersebut digabung dengan hari kesehatan dengan mengambil semboyan ‘Semoga Bapak Bijak, Ayah Sehat, Papah Jaya”.
Di hari dan jam yang sama, deklarasi Hari Ayah juga dilakukan di Maumere, Flores, NTT. Dalam deklarasi itu juga diluncurkan buku ‘Kenangan untuk Ayah’ yang berisi 100 surat anak Nusantara yang diseleksi dari Sayembara Menulis Surat untuk Ayah.
Usai deklarasi, mereka mengirimkan buku tersebut dan piagam deklarasi Hari Ayah kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) serta bupati di 4 penjuru Indonesia yakni Sabang, Merauke, Sangir Talaud dan Pulau Rote. Setelah itulah setiap tanggal 12 November ditetapkan sebagai Hari Ayah Nasional. Sejak saat itu ucapan selamat hari ayah mulai diucapkan!
Mengucapkan Selamat Hari Ayah
Melihat bagaimana sejarah deklarasi hari ayah nasional di Indonesia. Maka, kini kita sudah memiliki satu hari khusus yang bisa kita gunakan untuk lebih mendekatkan dan menjalin hubungan antara anak dan ayah. Momen hari ayah juga bisa menjadi hari spesial bagi istri kepada suami.
Sesuatu yang spesial! Seperti halnya hari Ibu, atau pun hari ayah tidak selalu harus dirayakan dengan meriah! Sebuah ungkapan tulus yang kita berikan kepada ayah kita tepat di hari ayah, tentu akan sangat berarti. Bisa jadi, ayah kita juga belum tahu adanya hari ayah.
Memberikan kalimat terbaik untuk ayah! Bisa kita mulai melalui hari ayah! Selanjutnya mungkin bisa kita lakukan setiap bulan sekali, setiap dua minggu sekali, setiap hari, dan setiap ada momen. Semua akan terbiasa. Dan tentu saja ini akan memberikan dampak hubungan ayah dengan anggota keluarga.
Sesederhana; “Ayah, terima kasih ya” Untuk apa? Ya untuk apa saja! Terima kasih kepada ayah yang selama ini masih dicitrakan sebagai orang ‘kedua’ dalam upaya mengasuh dan membesarkan anak. Atau langsung saja; “Selamat Hari Ayah” apa pun reaksi ayahmu, dalam hatinya pasti terharu.
Luangkan Waktu Bersama Ayah di Momen Hari Ayah
Kita tumbuh! Seorang anak lelaki ayah kini telah menjadi lelaki dewasa, dan gadis kecil ayah kini telah menjadi anak gadis yang sudah menemukan dunianya. Semua berubah begitu cepat! Barang kali dulu ayah dan kita tercipta jarak, oleh sebab kesibukan, oleh sebab satu dan lain hal. Tetapi, lihatlah ayah kini! Barang kali ayah sedang merindukan kita mengusik jam kerjanya seperti masa kecil dulu.
Dalam satu kesempatan saya pribadi pernah merenungkan perihal masa kelak, ketika anak saya Nala mulai pamit pergi keluar rumah, mulai mengepakkan sayap-sayap menjelajah kehidupan. Apakah saya siap menjadi seorang ayah yang menunggu kepulangannya? Berapa lama waktu untuk menunggu? Dalam situasi menunggu itu mungkin saja sekelebat ingatan akan menyambar, sedingin dan sehening ini dulu anak-anakku menunggu kepulanganku.
Aku tidak pernah melihat dan mendengar ayahku menunggu kepulanganku, sampai ketika aku kini menjadi ayah pun beliau tidak pernah berkata rindu atau pulanglah anak! Bagi ayah, kini akan telah memiliki dunia dan tanggung jawab sendiri. Akan tetap menjadi anak ayah, namun kini aku pun seorang ayah, yang akan belajar bagaimana menjadi seorang ayah yang baik.
Tapi, di luar dari sikap ayah yang dingin dan tidak mau berkata “ayah kangen” aku tahu ayah adalah orang yang selalu ingin mengulang kembali momen membukakan pintu untuk anak-anaknya yang pulang terlambat. Ayah yang akan memberikan wejangan kehidupan dari setiap apa yang kita hadapi di luar rumah.
Maka, meluangkan waktu bersama ayah di momen hari ayah barang kali adalah satu hal yang bisa kita lakukan! Bersyukur bagi yang tetap tinggal dalam satu daerah atau kota dengan ayah dan ibu. Bagi yang jauh, dalam perantauan, barang kali menyempatkan menelepon dan membicarakan hal-hal remeh temeh bersama ayah adalah momen yang bisa mengobati kerinduan ayah dan kelak akan kita rindukan kembali!
Dan untuk kamu para ayah, selamat hari ayah!