Mainan anak tidak selalu harus dibeli, melainkan bisa didapatkan dari alam sekitar. Stimulus memang penting diberikan untuk merangsang perkembangan anak. Mainan adalah salah satu media yang bisa dipilih para orang tua untuk memberikan stimulus yang diperlukan untuk merangsang perkembangan motorik maupun sensorik anak. Maka tidak mengherankan jika sekarang banyak sekali produk mainan anak yang menawarkan manfaat bagi perkembangan anak.

Sebut saja playmat atau plastisin. Meskipun kebanyakan mainan buatan pabrik ini dipercaya dapat memberikan manfaat bagi perkembangan bayi, namun terkadang harganya terlampau mahal. Bahkan harga sebuah mainan anak bisa mencapai nominal jutaan.

Kedua contoh produk mainan tersebut sama-sama menawarkan manfaat untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak. Sayangnya, mengingat harganya yang tidak bisa dibilang murah tentunya akan membuat beberapa orang tua merasa keberatan untuk menyediakannya.

Memang ada cara lain untuk menyediakan mainan bagi anak, meski tidak harus membeli. Orang tua bisa saja meminjam dari mainan yang sudah anak dari tetangga atau kerabat yang sudah tidak digunakan lagi, karena anak mereka sudah tumbuh besar dan tidak memerlukannya lagi.

Namun, apakah menyediakan produk mainan pada anak memang sebuah keharusan? Dan apakah jika tidak disediakan produk mainan perkembangan anak akan terganggu?

Anak lebih memilih mainan dari alam sekitar

Terkait dengan mainan anak, Patrick A. Coleman memiliki pengalaman yang menarik ketika pertama kali menjadi seorang ayah. Semula dia begitu khawatir dengan keselamatan bayi laki-laki pertamanya, sehingga dia sering menyingkirkan benda-benda yang ia anggap berbahaya dan menggantinya dengan mainan yang menurutnya lebih aman dan ramah bagi anak.

Namun tanpa disangka bayi laki-lakinya ternyata sama sekali tidak tertarik dengan mainan yang Patrick berikan. Bayi laki-lakinya ternyata lebih suka duduk di atas tanah yang kotor dan bermain dengan bebatuan yang ada di sana. Bahkan tidak jarang bayinya memasukkan tangannya yang kotor setelah bermain dengan tanah dan batu ke dalam mulutnya.

Sampai akhirnya Patrick menyerah dan membiarkan putra pertamanya bermain dengan tanah dan batu. Menurut Patrick, tidak ada yang salah dengan produk mainan anak yang dijual di pasaran. Bahkan banyak di antara banyaknya produk mainan yang memang bermanfaat bagi perkembangan dan pertumbuhan anak. Tapi bukan berarti produk mainan anak selalu lebih baik dari apa yang telah disediakan oleh alam, seperti batu dan tanah.

Anak masih bisa tumbuh dengan baik tanpa mainan buatan pabrik

Lebih lanjut Patrick menambahkan bahwa masih ada banyak anak di seluruh dunia yang tumbuh dan berkembang dengan baik, meski tidak bermain dengan produk mainan yang banyak ditawarkan di pasaran saat ini. Menurutnya, jika anak memang membutuhkan produk mainan anak untuk bisa tumbuh dan berkembang, maka manusia sendiri juga tidak akan berkembang sebagai makhluk.

Selain itu, Patrick mengungkapkan bahwa bayi tidak serentan yang sering kita bayangkan. Bayi sebenarnya sangat tangguh. Mereka dapat dan akan tumbuh di mana saja, dalam berbagai iklim, budaya, dan keadaan sosial ekonomi yang sangat beragam.

Dia juga mengungkapkan bagaimana bayi laki-lakinya tumbuh dengan baik meski hanya bermain dengan batu. Meski hanya dengan produk alam tersebut, bayi laki-laki Patrick sama sekali tidak kehilangan manfaat yang ditawarkan oleh produk mainan anak. Mengangkat batu telah membuat anaknya menjadi kuat.

Bahkan tidak jarang anaknya juga memasukkan bantu yang jadi mainannya ke dalam mulut, dan tidak ada masalah dengan sistem kekebalan tubuhnya. Justru malah lebih kuat. Batu juga memiliki banyak jenis dengan warna, bentuk, dan tekstur yang bermacam-macam, sehingga tetap membuka peluang bagi bayi untuk belajar.

Karena alasan itu, Patrick tidak membelikan anaknya mainan sampai usia anaknya tiga tahun. Dia juga berpikir bahwa anak masih bisa hidup bahagia meski tanpa produk mainan anak. Anak masih bisa bermain dengan apa yang sudah disediakan alam, seperti batu, pasir, tanah, dan potongan ranting, untuk belajar dan berkembang.

Referensi:

Coleman, Patrick A. 11 September 2019. Babies and Toddlers Don’t Need Toys.