Kasus pembunuhan anak yang beredar belakangan ini harus menjadi alarm bagi para orang tua. Yang perlu disoroti adalah kala sang pelaku pembunuh berusia 15 tahun memberi jawaban ketika ditanyai soal tindakannya:
“Saya puas!”
Itulah jawaban dari seorang remaja berusia 15 tahun yang menjadi pelaku pembunuhan. Kasus yang belum lama terjadi di Jakarta ini sontak membawa kesedihan bagi banyak orang. Tak hanya bagi orang tua korban maupun orang tua pelaku, tapi juga para orang tua di luar sana. Seorang anak berusia 5 tahun dibunuh dan disimpan mayatnya di dalam lemari pelaku yang berusia 15 tahun tanpa ada seorang pun yang mengetahui.
Fenomena ini cukup memprihatinkan, karena ada beberapa informasi yang dirasa kurang dari pemberitaan ini.
Pertanyaan besar dalam kasus pembunuhan anak ini
Bagaimana bisa seorang anak berusia 15 tahun bisa melakukan pembunuhan terhadap anak usia 5 tahun tanpa ada seorang pun yang mengetahui. Bahkan mayat korban sempat disimpan di lemari pelaku tanpa ada seorang pun yang curiga. Informasi yang kurang dalam hal ini bukanlah berkaitan dengan pemberitaan tersebut. Melainkan ada hal penting yang perlu diperhatikan dalam lingkungan sosial pelaku pembunuhan tersebut.
Poin yang paling mengerikan dari fenomena ini adalah kala pelaku pembunuhan tersebut melaporkan diri ke pihak kepolisian bahwa dia sudah melakukan pembunuhan. Saat ditanya oleh polisi tentang perasaan pelaku, dia hanya menjawab: “saya puas!”
Indikasi dari catatan pribadi pelaku kasus pembunuhan anak
Dari temuan foto yang beredar di media massa, banyak sekali catatan pribadi dari pelaku pembunuhan yang masih remaja itu. Dari banyaknya tulisan dan gambar, hampir semuanya mengindikasikan kekejaman dan kebencian dari dalam dirinya. Contohnya seperti, ‘all the good girls go to hell’ serta, ‘keep calm and give me torture’.
Catatan yang dibuat oleh remaja pelaku pembunuhan itu mengindikasikan referensi kehidupan dari pelaku. Menurut Wierzbicka (1998), suatu bahasa yang diproduksi oleh penutur atau penulis merupakan gambaran pikirannya melalui proses internalisasi dari pengalaman yang didapatkan secara langsung maupun tidak langsung. Hal tersebut selaras dengan pernyataan kepolisian. Pelaku sempat diwawancara atas perbuatannya. Menurut kesaksian pelaku, beberapa hal yang mempengaruhi perbuatannya adalah hobinya menonton film horor maupun thriller, seperti Slenderman maupun Chucky.
Di sisi lain, ada beberapa catatan dari remaja pelaku pembunuhan tersebut yang mengindasikan kebenciannya kepada ayahnya, seperti ‘please dad, don’t make me mad…if you not want death…ok! You go to grave’.
Yang menjadi sorotan dalam sisi parenting adalah penggunaan bahasa yang sangatlah kasar. Dapat diasumsikan bahwa apa yang dia ucapkan merupakan pengaruh dari lingkungan sekitarnya.
Tanggung jawab orang tua
Menjadi orang tua tidaklah hanya sekadar mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga, khususnya anak. Ada poin penting yang sebenarnya tidak boleh ditinggalkan oleh para orang tua dalam proses pengasuhan anak: waktu.
Waktu merupakan hal penting yang harus diberikan orang tua untuk anaknya. Bukan hanya sekadar mengajak anak liburan di waktu pekan, tetapi juga memberikan waktu untuk mengajak anak mengobrol tentang apa yang anak lakukan dan pikirkan.
Berkaca dari kasus tersebut, banyak sekali catatan dan peringatan untuk para orang tua dalam mendidik anaknya. Bukan hanya di sekolah, tetapi juga pendidikan di rumah dan lingkungan sekitar yang tidak kalah pentingnya.
Mendidik anak
Seorang anak tidak bisa diajarkan begitu saja dengan cara memperingatkan, melarang, atau memarahi. Lebih dari itu. Anak belajar bukan hanya dengan mendengar, tetapi juga dari penginderaan yang lainnya—termasuk lewat mata. Oleh karena itu, memperlihatkan contoh-contoh yang baik kepada anak akan lebih efektif. Karena anak merupakan duplikasi dari keluarga dan lingkungan sekitarnya.
Kasus yang terjadi ini biarlah menjadi duka dan pembelajaran untuk para orang tua semua. Bahwasanya, membesarkan anak bukan hanya urusan fisik tetapi juga urusan psikologis. Oleh karena itu, fenomena ini menjadi alarm bagi para orang tua supaya lebih peka terhadap perkembangan anak dari fisik dan pikirannya.
Semoga keluarga korban diberikan ketabahan.
Penulis : Ferdi Arifin / Penyunting : Vikra Alizanovic