Setiap orang tua pasti senang jika anaknya sudah bisa bicara. Orang tua tidak perlu lagi menerka-nerka maksud dari anak kenapa menangis atau rewel. Tapi, tidak semua orang tua bisa paham apa yang dibicarakan anak. Oleh karena itu, orang tua wajib tahu kapan anak bisa bicara sehingga apa yang mereka mau bisa tersampaikan.
Jadi, tim imaos.id melakukan studi literatur tentang pola komunikasi dan berbahasa anak. Ada banyak sekali pembahasan terkait isu tersebut. Tapi, ada artikel menarik dari Linguistic Society of America yang menjelaskan kapan anak mulai bisa berbicara.
Pada dasarnya, ada beberapa tahapan anak berbicara yang sudah banyak dikemukakan oleh ahli. Hanya saja, dari beberapa tahapan itu masih cukup luas pembahasannya sehingga belum bisa memberikan gambaran detail. Oleh karena itu, artikel ini akan menyajikan gambaran kapan anak bisa berbicara.
Kapan Anak Bisa Bicara?
Sebenarnya, tidak ada patokan waktu yang presisi untuk bisa mengetahui kapan anak bisa mulai berbicara. Tapi, ada beberapa tahapan anak bicara yang pada umumnya dibagi ke dalam lima tahapan, yakni usia 0-1 tahun, 1-2 tahun, 2-3 tahun, 3-4 tahun, dan 4-5 tahun.
Namun, hal yang menjadi salah kaprah kebanyakan orang tua adalah menjadikan tahapan itu menjadi patokan yang saklek. Padahal, setiap anak memiliki banyak perbedaan, baik secara fisik, knowledge, bahkan lingkungan sosialnya.
Sebagai orang tua yang baik, kalian tidak boleh menjadikan tahapan perkembangan bahasa anak itu menjadi satu-satunya referensi. Ada banyak faktor yang bisa mempengaruhi anak bisa sesuai dengan tahapan itu, bisa lebih cepat dari tahapan itu, atau bahkan lebih lambat daripada tahapan perkembangan bahasa anak.
Lalu, jika pertanyaan kapan anak bisa bicara maka kalian harus memahami hal ini. Pertama, hal yang harus kalian pahami bahwa bahasa pertama anak adalah tangisan. Tangisan anak atau bayi adalah wujud komunikasi paling real manusia di tahap awal.
Dari bayi yang hanya bisa menangis di awal, mereka akan bertumbuh mengenali lingkungan sekitar dengan caranya. Kedua, anak akan mencoba memproduksi bunyi vokal karena paling mudah untuk diartikulasikan.
Jika kalian sudah memperhatikan anak kalian bisa memproduksi bunyi vokal seperti a dan o, maka tahap ketiga mereka akan bisa memproduksi silabe atau suku kata. Proses produksi bunyi silabe ini berdasarkan dari apa yang sering anak dengar. Jika mereka biasa mendengar mama, maka bunyinya akan ma atau jika mereka sering mendengat papa, maka bunyi yang diproduksi akan berbunyi pa.
Anak-anak cenderung melakukan imitasi di silabe akhir orang dewasa berbicara. Oleh karena itu, seringnya orang tua atau lingkungan sekitar menyebutkan kata tersebut, maka anak akan lebih cepat mempelajari bagaimana memproduksi bunyi itu.
Tahap keempat, anak akan mulai memproduksi kata setelah mereka sudah terbiasa dengan memproduksi bunyi silabe. Kata-kata yang sering diproduksi cenderung kata benda karena kata kerja atau kata sifat lebih kompleks dipahami oleh seorang anak.
Sempat Memahami Lalu Lupa Kembali
Mungkin sebagian dari kalian pernah mengalami saat anak sudah bisa mengucapkan hal yang benar, tetapi di waktu yang lain mereka melakukan kesalahan lagi. Misal, anak dibiasakan bilang terima kasih saat diberi sesuatu dan bilang sama-sama saat ada orang yang bilang terima kasih.
Suatu waktu, anak bisa mengucapkan maacih (terima kasih) saat diberi mainan oleh neneknya. Tapi, beberapa waktu kemudian saat dia diberi makanan oleh tantenya dia mengucapkan mama (sama-sama).
Kasus seperti ini sering terjadi hampir semua di semua bayi. Kajian dari Linguistic Society of America mengatakan bahwa femenona seperti ini adalah wajar. Anak-anak melakukan hal seperti itu karena mereka sedang memahami aturan sosial dan budaya lingkungan sekitarnya.
Jika anak kalian melakukan hal itu, beritahulah mereka secara perlahan. Mintalah mereka mengulangi ucapan yang sesuai. Hal ini bertujuan untuk mengajarkan anak tentang aturan-aturan berkomunikasi di lingkungan sosial masyarakatnya.
Jadi, kapan anak bisa bicara bukan hanya sekadar tahapan yang bersifat saklek. Tapi, ada proses kesabaran orang tua yang selalu memberitahu kesalahan anak dan membenarkannya secara perlahan. Oleh karena itu, tidak ada yang bisa memastikan kapan anak bisa bicara tetapi yang bisa dipastikan adalah sejauh mana orang tua mendampingi anak berbicara.