Ketika bayi jatuh, itu adalah hal yang sangat normal. Bayi perlu jatuh sebelum akhirnya belajar untuk bangkit kembali.
“Our greatest glory is not in never falling but in rising every time we fall.”
-Confucius
Pencapaian yang sesungguhnya bukanlah nihilnya kegagalan, melainkan bangkitnya kembali kita setiap kali terjatuh. Itulah kutipan yang dikatakan oleh Confucius, seorang filsuf dari negeri Cina. Esensi yang perlu diambil dari kutipan ini adalah pentingnya bagi manusia untuk siap bangkit kembali setiap kali gagal.
Suatu kali di supermarket pernah saya temui seorang anak kecil yang berlari dengan semangat ke arah saya. Tampaknya ia berhasil kabur dari pengawasan orang tuanya. Tentunya saya melihatnya dengan ceria dan bersorak menyemangatinya. Di tengah pelariannya, anak tersebut terpelanting dan terjatuh.
Refleks saya hendak menggapai dan menyelamatkannya, namun apa daya, saya tidak cukup cekatan. Namun yang terjadi berikutnya cukup membuat saya terkagum. Anak itu menangis sesaat, duduk, lalu mengusap air matanya sendiri. Kemudian anak itu mencoba untuk berdiri lagi dan kembali berlari ke orang tuanya dengan ceria.
Insting orang tua kala bayi jatuh
Ketika bayi jatuh, sudah sewajarnya insting orang tua terpicu untuk melindungi dan menangkap buah hatinya. Namun jika kita mengacu pada prinsip ‘belajar dari kegagalan’, membiarkan anak terjatuh dan belajar dari kegagalannya pun tidak kalah pentingnya.
Umumnya, bayi mulai bergerak secara mandiri dengan cara merangkak. Seiring berjalan waktu, bayi akan semakin berpengalaman dan nyaman bergerak dengan cara merangkak. Lalu muncul sebuah pertanyaan; mengapa bayi yang sudah nyaman merangkak mau susah payah mencoba berjalan, padahal risiko terjatuhnya lebih besar?
Dari pertanyaan tersebut bisa kita tarik kesimpulan bahwa bayi memiliki semangat juang yang luar biasa. Semangat untuk keluar dari zona nyaman ini perlu disoroti. Faktanya, bayi yang tengah belajar berjalan lebih sering jatuh daripada bayi yang sudah berpengalaman merangkak.
Bermodalkan kegigihan, si bayi terus mencoba untuk berdiri dan berjalan hingga lancar. Banyak orang berasumsi kegigihan ini didasari oleh keinginan bayi untuk terus mencoba hal baru. Berjalan memberikan pengalaman baru serta kemampuan untuk mengeksplorasi lebih banyak tempat, dibandingkan dengan merangkak. Dengan berjalan, bayi mampu melihat dari posisi yang lebih tinggi. Selain itu, ia kini juga mampu menggapai benda-benda yang tidak bisa ia gapai dengan merangkak.
Jatuh tidak berarti menyerah
Selagi bayi mulai belajar berjalan, biasanya bayi kesulitan untuk berhenti sendiri. Sehingga, pilihannya tinggal menambah kecepatan atau berhenti dengan satu-satunya cara, yakni jatuh. Semakin sering bayi berjalan, otot kaki dan keseimbangannya akan mulai terlatih. Berkaitan dengan sifat bayi yang tidak sabar, besar kemungkinan bayi akan mulai mencoba untuk berlari.
Biasanya bayi akan mulai berlari pada usia sekitar 18 bulan. Berbeda dengan berjalan, berlari membutuhkan konsentrasi dan kekuatan yang lebih besar. Pada awalnya, bayi hanya mampu berlari lurus. Di usia 2 tahun, bayi akan mulai belajar untuk berlari mengelilingi benda-benda di sekitarnya. Pada tahapan ini, orang tua harus lebih sigap karena bisa saja si bayi tiba-tiba lari kabur dari pengawasan Anda seperti cerita saya di atas tadi.
Berlari merupakan metode bergerak yang menuntut kecepatan lebih daripada berjalan. Artinya, bayi akan semakin peka terhadap keseimbangan tubuhnya. Setelah melewati proses melatih menambah kecepatan, bayi akan mencari tantangan baru, yakni melompat. Berbeda dengan berlari yang membutuhkan tenaga kaki, melompat membutuhkan koordinasi dan keseimbangan yang baik. Kemampuan untuk mengangkat kedua kakinya dari permukaan tanah juga membutuhkan kekuatan otot kaki yang besar. Tantangan terbesar bagi bayi adalah untuk menjaga keseimbangannya ketika mendarat kembali ke tanah tanpa terpeleset dan jatuh.
Jatuh itu sakit. Tapi bukan berarti lantas jatuh harus dihindari. Biarkan bayi belajar. Ajarkan pada bayi bahwa jatuh itu tidak apa-apa. Ketika bayi jatuh, sambut bayi dengan senyuman dan semangati dirinya untuk bangkit kembali. Jangan terlihat panik, sedih, atau marah ketika bayi terjatuh. Di masa-masa awal, Anda boleh membantunya bangun kembali, namun di kesempatan berikutnya biarkan bayi belajar untuk bangkit sendiri. Beri bayi kata-kata yang mendukung dan ceria agar proses jatuh-bangunnya tetap menyenangkan.
Referensi
BabyCentre. (2013, October 19). Running and jumping: toddler development. Diambil kembali dari babycentre:
De Wolf, M. (2012, November 22). Infants Learn to Walk by Learning to Fall. Diambil kembali dari Psychology in Action
Easter Seals. (2016, July 21). Trips & Falls…Your Reaction Matters! Diambil kembali dari Make The First Five Count
Murkoff, H. (2019, January 5). Running, Climbing, Jumping and Kicking. Diambil kembali dari what to expect.