Digital parenting sangat perlu diterapkan di tengah kemajuan teknologi menciptakan disrupsi pada kehidupan sehari-hari. Dewasa ini, lebih dari setengah populasi di Indonesia sudah terhubung Internet. Namun sayang, kemajuan inovasi digital dan kemudahan mengakses internet masih belum diiringi dengan kualitas sumber daya manusia yang memadai.

Hal ini dapat dilihat disekitar kita, perbedaan anak generasi X dengan anak milenial jaman sekarang. Anak generasi X pada masa pertubmuhan dalam kehidupan mereka sering menyatu dengan alam sekitar, dan masih kental akan adat dan warisan nenek moyang. Di sisi lain, generasi sekarang sudah akrab dengan dunia gedget. Hal ini memunculkan banyak sekali dampak dalam proses perkembngan anak. Baik dampak positif maupum dampak negatif.

Dari berbagai riset yang ada di era serba digital ini anak lebih rentan terkena dampak negatif bila terlalu sering menghabiskan waktu dengan gedget. Hal ini akan berdapak buruk bagi kesehatan dan perkembangan si anak. Dalam penelitian di Bristol University tahun 2010, penggunaan gedget pada anak dapat meningkatkan risiko depresi, gangguan kecemasan, kurang atensi, autisme, kelainan bipolar, psikosis, dan perilaku bermasalah lainnya. Orang tua harus selalu mengawasi dan membatasi anak ketika ingin bermain gedget.     

Namun, angka penetrasi internet makin tinggi dari tahun ke tahun. Eric Schmit, insinyur dari Google, memprediksi bahwa tahun 2020 seluruh manusia di dunia akan online (menjalankan aktivitas secara online) dan fenomena ini mungkin akan terus bertambah. Para orang tua senantiasa harus mendampingi dan melatih anak supaya tidak kecanduan gawai canggih.     

Baca juga: Ibu atau Istri yang Harus Diutamakan oleh Suami?     

Digital Parenting, Mendampingi Anak di Tengah Terpaan Teknologi

Di masa lalu, pengasuhan identik dengan pemenuhan sandang, pangan, papan, kesehatan, dan pendidikan yang memadai. Namun dunia berubah, pemenuhan kebutuhan pokok anak saja sudah tidak cukup karena sekarang beragam tawaran nilai kehidupan menerpa dari berbagai arah. Belum lagi ada tuntutan bagi orang tua untuk tidak mengabaikan kesejahteraan dan kebahagiaan anak. Oleh sebab itu, orang tua perlu memikirkan cara terbaik mengasuh anak.

Masa kanak-kanak, yang dibatasi pada rentang usia 0-18 tahun, seringkali dianggap masa paling berpengaruh dalam tumbuh kembng anak.  Orang dewasa harus penuh tanggung jawab dan konstribusi positif bagi lingkungan anak. Selama proses itu berlangsung, anak perlu belajar beberapa hal penting sesuai dengan usianya.

Anak mengalami masa pertumbuhan fisik dan mental yang pesat. Ada beberapa pengelompokan dengan rentang usia seperti, bayi, kanak-kanak, remaja dan dewasa muda. Pengelompokan usia ini akan membantu orang tua untuk mampu lebih teliti menerapkan pola digital parenting yang berbeda pada masing-masing rentang umur itu. Pembagian kelompok usia ini juga menjadi panduan bagi orang tua untuk dapat memberikan rangsangan, aturan dan arahan, fasilitas, dan pendampingan yang tepat sesuai pertumbuhan. Dengan demikian anak mampu mengoptimalkan potensi mereka sesuai dengan proporsi usianya untuk menghindar dari ancaman buruk.

Era digital menawarkan berbagai kesempatan untuk mengembangkan diri, namun juga menyimpan berbagai ancaman. Oleh karena itu, penting bagi orang tua mengembangkan model digital parenting yang bertujuan menghindarkan anak dari ancman dan memaksimalkan potensi digital.

Teknologi digital membawa berbagai pengaruh dan perubahan dalam kehidupan manusia, maka orang tua perlu memahami bentuk –bentuk perubahan itu supaya dapat memandu anaknnya. Dalam pengasuhan orang tua dituntun untuk selalu otoriter, otoratif, dan permisif. Biasanya dalam kehidupan Indonesia  orang tua lebih menekankan pada pendekatan agama atau budaya dalam mendidik anak. Hal ini diharapkan anak dapat membatasi aktivitas pertumbuhan anak dengan gedget dan menglihkan kepada pembelajaran agam dan nilai positif lainnya.

Baca juga: Online Parenting: Tantangan Menjalankan Peran Orang Tua dari Jarak Jauh

Digital Parenting untuk Anak

Banyak sekali kasus anak balita yang kecanduan handphone di era digital ini. Orang tua harus memahami berbagai bentuk pengasuhan anak. Oleh karena itu, mengembangkan digital parenting bagi anak-anaknya adalah keharusan. Ada beberapa prinsip umum pengasuhan anak dalam buku digital parenting yaitu seperti: norma, dampak teknologi, dampak pesan, masalah sensitif, contoh perilaku.

Sesibuk apapun kegiatan, orang tua diharpkan dapat membatasi anak dalam mengakomodasi kebutuhan digital sesuai dengan fase pertumbuhannya. Cotohnya, larangan anak di umur 0-2 tahun terkena paparan layar HP dan sejenisnya. Namun, faktanya banyak sekali anak di umur 1 tahun sudah mengkonsumsi HP dan kecanduan akan media-media seperti Youtube.

Dalam kasus ini, orang tua seharusnya mengalihkan pada permainan lain. Begitupun terus sesuai dengan usianya sehingga si anak dapat menggunakan gedget dan mengoprasikannya sesuai dengan umurnya. Oleh karena itu, orang tua dan anak bisa saling bekerjasama dalam pengurangan dampak negatif akan bahaya gedget di era ini.

Penulis: Apriliasari / Foto: tirachardz