Seperti apa tantrum anak yang dapat mengindikasikan kelainan psikis? Perlu digarisbawahi bahwa sejatinya tantrum adalah hal yang wajar terjadi dan pasti dialami oleh setiap orang. Tantrum merupakan hal yang sangat wajar terjadi pada anak, terutama anak balita yang tengah mengalami fase terrible two. Mohon untuk membaca artikel ini hingga selesai.

Menangkis kesalahan diagnosis kelainan psikis pada tantrum anak

Anak yang mengamuk dan melakukan tantrum yang berlebihan dan meledak-ledak kini memiliki klasifikasi kelainan tersendiri menurut panduan kesehatan mental, Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM), yakni disruptive mood dysregulation disorder.

Kendati demikian, munculnya diagnosis ini menuai banyak protes. Banyak orang yang merasa para ahli psikis menjadikan hal yang normal terjadi pada masa kanak-kanak menjadi sebuah kelainan mental.

Padahal, justru pengklasifikasian ini ditujukan agar tidak terjadi pemberian obat psikis yang berlebihan pada anak-anak yang sebenarnya tidak terlalu diperlukan.

Antara tahun 1994-1995 dan 2002-2003, diagnosis penyakit bipolar pada anak meningkat hingga puluhan kali lipat. Padahal kebanyakan anak yang mendapatkan diagnosis tersebut justru menunjukkan pola yang tidak konsisten dengan gejala bipolar.

Penyakit bipolar seringkali diobati dengan obat-obatan yang mampu menghasilkan efek yang buruk pada anak-anak. Salah satunya ialah meningkatnya berat badan yang juga berpotensi meningkatkan risiko diabetes dan penyakit jantung pada anak.

Ciri-ciri tantrum anak yang mengarah pada kelainan psikis

Mengacu pada kontroversi di atas, Joan Belden, seorang psikolog anak merumuskan 5 ciri-ciri tantrum anak yang mungkin dapat menjadi indikasi kelainan psikis. Namun perlu diingat bahwa anak-anak yang normal pun bisa menunjukkan ciri-ciri ini sesekali. Namun anak yang menunjukkan ciri-ciri ini di setiap tantrum-nya mungkin perlu Anda beri perhatian khusus.

Berikut adalah ciri-cirinya.

1. Menunjukkan agresi atau perilaku kasar terhadap pengasuh, orang tua, barang-barang, dsb

Jika ciri-ciri ini terjadi pada lebih dari separuh tantrum yang dilakukan anak, mungkin ini bisa jadi tanda-tanda adanya kelainan psikis. Anak bisa saja memukul atau menendang ibunya saat merengek minta dibelikan mainan. Namun apabila ini terjadi nyaris 90% dari keseluruhan kejadian, mungkin ada masalah.

2. Melukai diri sendiri

Anak yang memiliki tingkatan depresi yang tinggi memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk melukai diri mereka sendiri saat mereka tantrum. Contohnya seperti menggigit atau mencakar diri sendiri hingga berdarah, membenturkan kepala ke tembok, atau menendang benda di sekitarnya hingga terluka.

3. Frekuensi tantrum yang tinggi

Anak balita yang mengalami tantrum hingga 5 atau 10 kali per harinya di rumah atau di luar mungkin memiliki risiko kelainan psikis yang perlu diberi perhatian serius.

4. Durasi tantrum yang panjang

Tantrum anak yang berlangsung selama 5 menit mungkin serasa seperti 5 bulan bagi orang tua yang menanganinya. Namun demikian, anak yang secara konsisten selalu melakukan tantrum lebih dari 25 menit setiap kalinya mungkin mengidap masalah yang serius. Anak yang normal bisa saja mengalami tantrum selama 1 jam pada suatu kali, lalu berikutnya tantrum-nya hanya berlangsung selama 30 detik. Anak yang 90% tantrum nya berlangsung lebih lama dari setengah jam mungkin mengidap kelainan psikis.

5. Ketidakmampuan anak untuk menenangkan diri seusai tantrum

Anak yang mungkin memiliki kelainan psikis lebih sulit untuk dibuat tenang seusai tantrum. Seringkali mereka selalu membutuhkan bantuan eksternal untuk bisa tenang, seperti isolasi atau sogokan dari orang tua. Jika hal ini terus berlanjut secara konsisten, mungkin anak mengidap kelainan psikis.

Apa yang baiknya dilakukan orang tua?

Apa yang baiknya dilakukan orang tua jika anak memperlihatkan ciri-ciri tantrum yang mengarah pada kelainan psikis seperti poin-poin di atas?

Umumnya, Anda memiliki 2 opsi. Pertama, temui neuropsikolog dan periksakan anak Anda serta dinamika dalam keluarga Anda. Karena seringkali kelainan psikis pada anak merupakan bentuk respons terhadap situasi keluarga Anda sendiri. Kedua, temui langsung psikolog anak yang akan fokus pada kontrol emosi anak Anda dan lingkaran keluarga Anda.

Jika anak mengalami tantrum, jangan sedih dan jangan merasa sendiri sebab tidak berarti semuanya mengacu ke kelainan psikis. Tujuh dari sepuluh anak berusia 2 tahun pasti mengalami tantrum yang berlebihan dalam perkembangannya. Tetap semangat, fams!

Referensi

DeNoon, D. J. (2007, Desember 19). Warning Signs Your Child’s Tantrum Might Signal a Mental Health Disorder. Diambil kembali dari WebMD

Parry, W. (2013, Juni 15). Normal or Not? When Temper Tantrums Become a Disorder. Diambil kembali dari Live Science