Berbagi peran penting untuk dilakukan Ayah dan Ibu kala menghadapi masalah pernikahan. Banyak problematika yang dihadapi kala mengatur kehidupan pasca menikah, apalagi dalam kondisi hidup jauh dari orang tua kandung dan merantau.
Setelah menikah, tahapan selanjutnya adalah mewujudkan keinginan memiliki anak. Memiliki anak merupakan anugerah bagi setiap pasangan. Kebahagiaan sebuah keluarga akan terasa lengkap dengan hadirnya sang buah hati.
Akan tetapi, bersiaplah dengan banyaknya perubahan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Waktu tidur Ayah dan Ibu akan terganggu untuk memberi ASI atau sekadar mengganti popok pada malam hari. Ditambah lagi, Ayah dan Ibu akan merasa waktunya dengan si kecil masih kurang karena masih bekerja demi membesarkan sang buah hati.
Menurut sebuah survei, 40 persen pasangan mengalami depresi atau kehilangan ketenangan pasca kelahiran bayi. Sang Ibu berpotensi masuk dalam fase depresi ringan setelah kehamilan. Sedangkan Ayah akan mencari cara untuk meringankan semua kekacauan yang terjadi di rumah.
Baby blues merupakan suatu kondisi fluktuasi emosi yang terjadi pada ibu baru. Biasanya yang muncul adalah perasaan bingung, tak berdaya, ketidakmampuan mengurus si kecil, kesepian, terkucil, dan mudah marah. Baby blues kebanyakan disebabkan oleh adanya perubahan hormon, dimana kadar prolaktin dan laktogen (hormon pembentuk ASI) akan mengalami peningkatan. Kondisi ini akan memicu depresi. Faktor lain yang memicu baby blues adalah ketidaksiapan fisik dan psikis saat memegang status baru sebagai ibu.
Dalam sesi ini, penulis akan coba membagikan beberapa tips membagi waktu dalam merawat anak pasca melahirkan dengan kondisi suami istri sama sama bekerja.
Tahu Bagaimana Menangani Baby Blues dengan Berbagi Peran Antara Ayah dan Ibu
Dampak baby blues pada ibu yang baru melahirkan itu akan datang tanpa disadari. Setiap ibu mengalami gejala baby blues yang berbeda-beda. Beruntung baby blues yang dialami penulis masih dalam standar yang masih normal. Tanda tanda baby blues yang biasa dirasakan antara lain perubahan perasaan, menangis, cemas, merasa khawatir mengenai bayi, merasa kesepian, mengalami penurunan gairah seksual, dan kurang percaya diri terhadap kemampuan menjadi seorang ibu.
Pada awal kelahiran, penulis sempat mengalami culture shock, seperti perubahan jam tidur, makan, serta merasa depresi karena air susu ibu (ASI) yang tak kunjung keluar, dan ditambah kondisi sang buah hati yang lahir prematur. Hal ini sempat membuat penulis sedikit mengalami baby blues, yang diawali dengan gejala-gejala seperti mudah marah dan susah makan, bahkan merasa sesak nafas, serta sempat ingin merasa pingsan.
Penanganan baby blues secara teori ada, namun dalam kondisi sebenarnya, harus ada kerjasama antara ibu, ayah, dan orang-orang di sekitar seperti keluarga, teman dekat, dan pihak medis yang merawat selama di rumah sakit. Pengidap baby blues harus lebih sering sharing dan bercerita tentang apa yang sedang dialami. Selain itu kesabaran seorang Ayah dalam mendengarkan cerita Istri serta sentuhan kasih sayang sangat membantu dalam menangani kondisi baby blues.
Trimester Awal Pasca Melahirkan Berat?
Membagi waktu pada trimester awal pasca melahirkan bagi ‘keluarga baru’ memang berat, apalagi penulis hanya membaca artikel-artikel yang notabene hanya sebatas teori, yang mungkin jika diterapkan dalam kehidupan sebenarnya harus dirangkai lagi seperti puzzle.
Dalam trimester awal, Ibu harus coba mengatur emosi dan ritme tubuh dalam membagi perhatian ke Ayah dan Buah hati. Beruntung Penulis dan suaminya dapat membagi waktu dalam shifting mengasuh sang buah hati. Di kala siang, Istri yang mengasuh dan menyusui sang buah hati, jam malam giliran sang ayah yang harus mengatur jam tidur, tiap 2 jam sekali harus menyusui menggunakan ASIP (Air Susu Ibu Perah) hingga mengganti popok pada malam hari.
Pola seperti ini penulis rasa harus dilakukan agar ada kesinambungan antara Ayah dan Ibu dalam mengasuh anak. Ego ‘anak harus diasuh ibu’ di era sekarang penulis rasa sudah tidak berlaku, karena mengasuh anak adalah tanggung jawab Ayah dan Ibu.
Trimester Kedua, Ibu Galau Lanjut Kerja atau Stay Mengasuh Anak?
Pada tahap ini banyak ibu di kota-kota besar seperti Jakarta yang merasa galau ingin melepas karir atau tetap bekerja. Pada kesempatan ini penulis sempat mengalami fase karir yang berjalan lancar dan mendapat kesempatan promosi jenjang karir setelah melahirkan.
Membagi waktu antara si kecil dan pekerjaan bukan urusan yang mudah. Harus pandai membagi emosi, pandai beradaptasi, dan tentunya pandai membagi hati antara Ayah dan Buah hati. Beruntung, penulis memiliki orang tua yang bisa menjadi ‘daycare‘ gratisan selama Ibu bekerja.
Masa ini menjadi masa yang cukup menguras emosi antara mengejar materi atau investasi mendidik anak. Tips yang sudah penulis lakukan adalah mengurangi jam tidur serta mengurangi kegiatan diluar kantor yang dirasa tidak perlu sehingga waktu bersama keluarga makin banyak.
Apa Peran Ayah pada Trimester Awal dan Trimester Kedua?
Peran Ayah pada masa masa awal kelahiran sangat penting dalam mendampingi Ibu agar terhindar dari baby blues dadakan atau musiman. Ayah tentunya memiliki tanggung jawab besar dalam mencari nafkah untuk keluarga. Namun, ada poin penting yang mungkin di era sekarang harus dilakukan oleh Ayah milenials, yaitu mengasuh sang buah hati. Bagaimana caranya?.
Seorang Ayah saat siang hingga menjelang petang harus bekerja diluar rumah, ditambah lagi dengan problematika macetnya jalanan ibukota yang seperti benang kusut tanpa ada ujungnya. Pada masa ini, ego dan emosi seorang Ayah diuji.
Di pagi hari Ayah harus membantu menyiapkan perlengkapan sang buah hati. Jika ada waktu sisa, Ayah bisa menyusui sang buah hati menggunakan ASIP, setelah itu berangkat ke kantor seperti biasa. Pulang kantor langsung membantu istri menyiapkan perlengkapan tidur bayi dan bersiap begadang karena harus memberi ASI saat malam hari dan mengganti popok sang buah hati.
Kenapa hal ini harus dilakukan oleh seorang Ayah masa kini? Karena perkembangan sang buah hati adalah tanggung jawab Ayah dan Ibu. Kebanggaan melihat tumbuh kembang sang buah hati menjadi sebuah pencapaian dalam kehidupan yang tak terbayarkan.
Berbagi Peran antara Ibu dan Ayah setelah anak lahir
Pembagian tugas ini bagi seorang Ayah terkadang mencakup hal -al yang bukan merupakan tanggung jawabnya, seperti menyusui, mengganti popok, hingga memandikan sang buah hati. Namun, perlu diingat, Baby Blues pada Ibu pasca melahirkan bisa datang kapan saja dan disini peran seorang Ayah sangat penting untuk meredam sindrom tersebut.
Jadi di era sekarang peran Ayah bukan hanya mencari nafkah saja, namun harus ada softskill lebih dalam merawat sang buah hati, dan tentunya manajemen emosi harus pandai dikontrol saat menghadapi sang buah hati yang mungkin sedang rewel atau malah mendapati sang Istri sedang dilanda baby blues.
Penulis : Rizky & Regina / Penyunting : Vikra
Sumber :
[Pengalaman pribadi]
Studi Ungkap 40% Wanita Alami Depresi Pasca Melahirkan, Ini Penyebab dan Solusinya (Sabtu, 20 Juli 2019), GridHealth