Degradasi moral kerap membuat anak berani bersikap kurang ajar pada orang yang lebih tua, contohnya pada guru di sekolah. Jauh sebelum internet masuk ke Indonesia, jarang sekali saya mendengar berita tentang perilaku remaja yang kurang ajar terhadap orang yang lebih tua, khususnya gurunya di sekolah. Barangkali memang sudah ada perilaku serupa sejak zaman dulu namun tidak tersorot, atau perilaku remaja saat ini memang kurang ajar. 

Bahkan tidak sedikit siswa yang berani menantang gurunya berkelahi hanya karena ditegur. Contohnya pada bulan Februari 2019, siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) asal Gresik, Jawa Timur, menantang gurunya berkelahi setelah ditegur karena merokok di kelas. Video aksi kurang sopan itu bahkan viral setelah tersebar di berbagai platform media sosial.

Peristiwa serupa juga terjadi di Surabaya. Seorang murid Sekolah Dasar (SD) berinisial RA melawan gurunya karena alasan yang sama, yaitu dinasihati karena ketahuan merokok di luar sekolah. Aksi kurang sopan tersebut juga sempat terekam video dan viral pada bulan April 2019.

Dalam video tersebut, murid berinisial RA itu tampak berbicara dengan bahasa Jawa kasar kepada gurunya, Munari. Bahkan siswa tersebut memakinya dengan kata-kata kotor yang tidak layak dilontarkan oleh anak-anak seusianya, saat RA dipanggil ke ruang kepala sekolah.

Itu hanya sebagian kecil dari gambaran perilaku anak dan remaja saat ini terhadap orang yang lebih tua. Bukan tidak mungkin masih ada kasus lain yang serupa.

Kejadian-kejadian seperti itu menjadi dilema bagi guru untuk mendisiplinkan muridnya. Apalagi saat ini ada rambu-rambu UU Perlindungan Anak. Regulasi tersebut dapat menjerat guru ke ranah hukum jika dia memberikan hukuman fisik seperti memukul dan menjewer siswa yang bandel.

Menanamkan nilai moral pada anak guna mencegah sikap kurang ajar

Perilaku kurang sopan murid terhadap gurunya di sekolah menimbulkan pertanyaan, “Apakah anak tidak diajarkan sopan santun?” Padahal sopan santun terhadap orang yang lebih tua juga ada dalam ajaran agama-agama yang diakui di Indonesia, yang mana juga diajarkan dalam bentuk mata pelajaran di sekolah.

Akan lebih mudah apabila nilai-nilai moral dan sopan santun sudah ditanamkan sejak anak masih kecil. Sehingga ketika sudah besar, anak sudah tahu kewajibannya untuk menghormati orang lain, terutama orang yang lebih tua. Masalahnya, banyak remaja yang masih bersikap kurang sopan pada orang yang lebih tua. Meski begitu, bukan berarti tidak ada cara untuk memperbaiki perilaku anak yang sudah terlanjur kurang sopan.

Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa Fams terapkan untuk mengatasi masalah anak yang kurang sopan pada orang yang lebih tua.

1. Tetapkan aturan yang jelas

Dalam berperilaku tentunya ada hal yang boleh dan yang tidak boleh untuk dilakukan. Misalnya saja, saat berbicara dengan orang yang lebih tua sebaiknya menggunakan kata-kata yang sopan dan jangan menggunakan nada tinggi. Jangan panggil orang yang lebih tua dengan namanya saja, biasakan anak untuk memanggil orang yang lebih tua dengan sebutan kakak, mas, mbak, pak, bu, dsb.

2. Tetap tenang

Saat mendapati anak bersikap kurang sopan kepada orang tua, cobalah untuk tetap tenang. Beri jeda dan jangan langsung bereaksi. Berbicara dalam keadaan marah hanya akan membuat Anda kehilangan fokus tentang apa yang ingin disampaikan.

Bahkan tidak jarang, perasaan yang tidak tenang malah mendorong kita untuk mengatakan hal yang sebenarnya tidak ingin kita katakan. Oleh karena itu, usahakan untuk menasihati anak dalam kondisi hati dan pikiran yang tenang.

3. Fokus pada perilaku anak yang kurang ajar

Ketika Anda ingin menasihati anak tentang perilakunya yang tidak sopan, fokuslah pada perilakunya, bukan orangnya. Hindari komentar apapun yang menyerang pribadi anak. Alih-alih mengatakan, “Kamu tidak sopan” atau “Kamu anak kurang ajar“, cobalah untuk mengungkapkan perasaan Anda atas perilaku anak. Fams bisa coba mengatakan, “Aku merasa kecewa saat kamu bertindak tidak sopan pada orang lain.”

Mengungkapkan perasaan Anda saat anak bertingkah tidak sopan, secara tidak langsung juga akan memberitahu anak tentang konsekuensi dari perbuatannya.

4. Jadilah Teladan

Pada dasarnya anak belajar dengan cara meniru perilaku orang tuanya, termasuk saat belajar tentang etika. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk menunjukkan rasa hormat terhadap orang lain, termasuk pada anaknya sendiri. Saat anak merasa senang karena telah dihargai, dia akan terdorong untuk melakukan hal serupa pada orang lain.

5. Jangan terlalu membela anak

Orang tua zaman now umumnya bersikap sangat protektif ketika anak mengalami masalah di sekolah. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang malah menyalahkan para guru. Sikap membela yang berlebihan ini akan membuat anak merasa bahwa perbuatan kurang ajar yang telah ia lakukan bukan sesuatu yang salah.

Kurang lebih itu beberapa cara untuk menghadapi anak yang kurang ajar kepada orang yang lebih tua. Semoga dengan cara tersebut anak bisa menyadari kesalahannya dan kembali ke jalan yang benar.

Referensi:

HealthyFamilies BC. 20 November 2014. Dealing with Disrespectful Teenage Behaviour.

Hutomo, Dimas Setiawan. 10 Februari 2019. Siswa yang Tantang Guru di Gresik Akhirnya Minta Maaf, Begini Ekspresinya di Kantor Polisi.

Syafei, Nur. 25 April 2019. Murid SD di Surabaya Melawan Guru karena Ditegur Merokok.