Ajak main anak agar mereka patuh bukan bermaksud untuk mengeksploitasi anak. Tapi, metode ini sebenarnya untuk membangun kedekatan. Semakin dekat kamu dengan orang itu, semakin mudah orang itu diajak bekerjasama.
Logika patuh dalam artikel ini tidak bermaksud merendahkan. Anak bukan pesuruh maupun karyawan. Jadi, membuat anak patuh bukan bermaksud menjadikannya pesuruh atau karyawanmu.
Tapi, banyak orang tua menganggap anak adalah aset keluarga. Banyak orang tua mengharapkan anaknya menjadi “sesuatu”. Mengarahkan kuliah di perguruan tinggi dan jurusan tertentu, mengarahkan minat, bahkan ada yang sampai mengarahkan jodoh anaknya.
Meski demikian, tidak semua anak mau mematuhinya. Banyak anak mengabaikan harapan orang tuanya. Malas belajar karena orang tua berharap anak masuk di jurusan tertentu. Malas ikut kelas tambahan karena bukan minatnya. Malas mengenalkan pacarnya karena takut orang tuanya komplain.
Akhirnya, ekspektasi orang tua tidak bisa direalisasikan anaknya. Orang tua sedih karena anaknya tidak sesuai harapannya. Anak merasa lelah karena selalu menghindari harapan orang tua yang tidak sesuai dengannya.
Fenomena ini wajar dalam hubungan keluarga. Tapi, fenomena seperti ini sering menjadi toxic di tengah hubungan mereka. Makanya, perlu ada jalan tengah untuk menjembatani masing-masing keinginan itu.
Menjadikan anak patuh pada orang tua adalah salah satu solusinya. Tapi, membuat anak patuh bukan berarti mengekangnya. Ada cara ampuh untuk membuat anak patuh pada orang tua. Kepatuhan yang didasari kepercayaan. Kepatuhan yang muncul karena keikhlasan. Kepatuhan yang bukan dari penindasan.
Mengajak Main Anak Sejak Dini
Membangun kepatuhan anak tidak bisa terjadi dalam sekejap mata. Layaknya tidak ada persahabatan yang terjadi di pertemuan pertama. Tidak ada cinta yang muncul karena tatapan semata. Semua ada prosesnya.
Orang tua harus membangun ikatan kuat dengan anak sejak dini. Anak-anak harus bisa merasakan ikatan yang kuat dengan orang tuanya. Orang tua tidak bisa meminta ikatan kuat jika tidak ada kepercayaan dan keadilan di dalamnya.
Seperti contoh, seorang teman tidak akan menjadi sahabat dalam kurun waktu sebulan. Persahabatan terjadi karena intensitas bermain bersama. Ada kebersamaan, kepercayaan, dan kesenangan yang dilakukan setiap harinya.
Begitu juga dalam hubungan anak dan orang tua. Ada proses panjang yang harus ditempuh sejak dini. Salah satu upaya itu bisa dilakukan dengan ajak main anak atau ajak ngobrol anak. Membangun komunikasi yang intens membuat ikatan akan muncul.
Tapi, proses seperti itu tidak muncul seketika. Kita pun bisa percaya pada orang bukan karena omongannya. Kita bisa percaya omongan orang karena melihat pikiran dan tindakannya. Pikiran dan tindakan yang kita lihat dari orang akan menstimulus otak kita untuk menilai orang tersebut. Apakah dia memiliki value yang sama? Apakah mereka bisa dipercaya? Apakah mereka bisa kita terima? Dan masih banyak jawaban yang bisa ditemukan.
Mengajak main anak menjadi langkah awal membangun kedekatan sejak dini. Eksistensi orang tua saat anak bermain memberikan rasa kehangatan kepada anak. Anak akan menilai orang tua sebagai orang yang asik untuk menghabiskan waktu bersama.
Main, Ngobrol, dan Menghabiskan Waktu Bersama
Langkah awal orang tua untuk mendekatkan diri pada anak sejak dini adalah mengajak anak main. Bermain adalah aktifitas utama seorang anak. Hampir seluruh waktu anak habis untuk bermain saja.
Bahkan, anak bisa tidak mau tidur jika sedang asik bermain. Mereka tidak mau makan jika sedang sibuk bermain. Bahkan, mereka pun bisa menangis dan tantrum jika diganggu saat bermain.
Ajak main anak adalah langkah sejak dini yang harus dilakukan orang tua. Lalu, saat eksistensi orang tua sudah bisa dirasakan anak, maka dekatkan lagi dengan cara ngobrol bersama. Anak akan sangat senang jika mereka diajak ngobrol orang tuanya.
Tidak perlu pakai obrolan serius. Tidak perlu membicarakan janji-janji manismu di depan anak. Cukup bicarakan apa yang sedang dia lakukan. Cukup bicarakan apa yang sedang dia pegang. Cukup bicarakan apa yang mau anak ceritakan.
Bahkan, sempatkan kamu dan anakmu untuk sekadar ngobrol di tempat nongkrong. Ajaklah anak mengenali juga duniamu. Buatlah anak merasa bahwa mereka bagian dari kelompokmu. Jangan menganggap anak tidak tahu apa-apa tentangmu.
Bermain dan berkomunikasi adalah kunci membangun persahabatan dengan anak. Anak akan menilai sejauh mana ketulusanmu bermain dan berkomunikasi dengannya. Saat anak memberi nilai bagus terhadap perlakuanmu, maka anak akan percaya sepenuhnya padamu.
Di saat seperti ini, orang tua akan mudah mengarahkan anaknya. Anak akan menuruti kata-kata orang tuanya daripada kata-kata orang lain. Selain itu, waktu yang dihabiskan untuk bermain dan berkomunikasi membuat orang tua dan anak saling memahami.
Orang tua paham kesenangan dan keinginan anak. Anak paham harapan dan keinginan orang tuanya sehingga mereka akan berusaha mewujudkannya.